25 C
Makassar
Tuesday, July 9, 2024
HomeEdukasiIcraf Indonesia Paparkan Hasil Penelitian Perubahan Iklim Melalui Festival 

Icraf Indonesia Paparkan Hasil Penelitian Perubahan Iklim Melalui Festival 

- Advertisement -

MAKASSAR,SULSELEKSPRES.COM – Peneliti muda dari berbagai daerah yang dilibatkan World Agroforestry (ICRAF) Indonesia akan memamerkan hasil penelitian dalam bentuk festival yang bertajuk Walanae Festival.

Ketua Panitia Penyelenggara Walanae Festival Muhammad Ali Afid mengatakan, festival tersebut merupakan bagian tugas akhir dari proses penelitian yang dilakukan dalam program Inkubator Peneliti Muda Lanskap (IPML) Icraf Indonesia selama satu bulan.

Di mana dalam festival yang akan dilakukan di Bikin-bikin Creative Hub, Lantai 3 Nipah Mall Makassar, Kamis, 1 Desember 2022 tersebut akan memamerkan hasil-hasil temuan atau kajian yang dilakukan di wilayah penelitian. Mulai dari terkait lahan, sumber daya air, penghidupan tahan iklim, serta peran perempuan.

“Di kegiatan ini para peneliti muda yang tergabung dalam IPML akan banyak membagikan pengalaman terkait hasil kajian, temuan dan lainnya di lokasi penelitian,” katanya, Kamis, 1 Desember 2022.

Muhammad Ali Afid juga merupakan salah satu peneliti muda yang terlibat dalam IPML. Dalam program ini sekitar 38 peneliti muda melakukan penelitian di 12 desa, di Kecamatan Bone yang merupakan lokasi projects Icraf Indonesia dalam melakukan penelitian terkait isu perubahan iklim, bentang lahan berkelanjutan, dan perempuan.

Keduabelas desa yang menjadi lokasi penelitian antara lain, Desa Turadae di Kecamatan Ponre, Desa Latallang, dan Desa Massila di Kecamatan Patimpeng, Desa Lamoncong, dan Desa Erecinnong di Kecamatan Bontocani, Desa Hulo, dan Desa Maggenrang di Kecamatan Kahu, Desa Waekecce’ di Kecamatan Lappariaja, Desa Cabbeng di Kecamatan Dua Boccoe, Desa Pakkasalo di Kecamatan Sibulue, Desa Pallime, dan Desa Pusungnge, di Kecamatan Cenrana.

“Pusat penelitian yang kami lakukan memang dari hulu ke hilir wilayah Kabupaten Bone. Termasuk yang berada di wilayah DAS Walanae,” terangnya.

Ia mengungkapkan, dalam festival tersebut kajian atau temuan penelitian selain dipamerkan dalam bentuk tulisan populer, poster, dan video pendek. Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 09.30 Wita hingga 20.00 Wita ini akan diisi talkshow yang akan melibatkan seluruh peneliti muda dari IPML yang akan bercerita terkait pengalamannya saat melakukan penelitian.

Pada sesi pertama talkshow akan mengangkat tema “Literasi lahan air dan perubahan iklim”. Kemudian di sesi kedua talkshow mengangkat tema “Literasi perempuan, pangan dan penghidupan”.

“Kami juga akan memamerkan foto kegiatan kami selama hampir satu bulan melakukan penelitian. Termasuk menampilkan profil desa lokasi penelitian kami, mulai dari keunikan desa tersebut, hingga potensi yang dimilikinya,” sebut Ali.

Agar pengunjung Walanae Festival ini tidak merasa bosan, pihaknya akan menyiapkan pojok games dan kreativitas dengan tema perubahan iklim. Tujuan pojok tersebut mengajak pengunjung bermain sambil belajar. Tak ketinggalan pula acara hiburan melalui panggung bebas ekspresi.

Sementara Koordinator Proyek Land4Lives Provinsi Sulsel Muhammad Syahrir mengatakan, program IPML ini adalah upaya Icraf Indonesia untuk mendorong generasi muda untuk terlibat dalam dunia penelitian. Termasuk mendobrak bahwa peneliti muda bukanlah sebuah hal yang kaku.

“Kita ingin memperlihatkan bahwa penelitian itu adalah sebuah hal yang asik, menyenangkan, dan bisa memberikan manfaat dan mudah dipahami. Apalagi jika hasil penelitian itu kita informasi dengan cara yang berbeda, seperti dalam bentuk festival ini,” katanya.

Selain itu, hal tersebut untuk meningkatkan kapasitas bagi generasi muda yang tujuannya untuk mengajak mereka peduli terhadap isu-isu perubahan iklim atau lingkungan.

“Makanya kita latih mereka ini, kita tingkatkan kapasitas sehingga mereka punya kepedulian terhadap isu perubahan iklim, ketahanan pangan, dan keseteraan gender yang ada di masyarakat,” terangnya.

Dalam proses penelitiannya para peneliti muda ini dibagi dari empat kelompok, kemudian di sebar di 12 lokasi penelitian secara bergiliran. Keempat kelompok penelitian tersebut, pertama Kelompok Penelitian Lucbi Casava yang fokus pada penelitian bentang lahan. Kedua, Kelompok Penelitian Listra Ligots yang fokus pada isu-isu terkait penghidupan, rumah tangga, ekonomi keluarga, dan mata pencaharian.

Ketiga, Kelompok Penelitian IBUSS yang fokus pada sistem usaha tani, dan keempat Kelompok Penelitian Data Manajemen, dimana mengolah data penelitian yang dilakukan.

Program IPML ini pun berjalan mulai sejak Juli 2022 yang dimulai dengan proses seleksi, selanjutnya dilakukan pelatihan-pelatihan, dan inkubator selama beberapa minggu. Hingga sampai pada tahapan akhir yaitu diterjunkan ke lapangan dengan melakukan penelitian di 12 desa yang ada.

 

- Advertisement -

MAKASSAR,SULSELEKSPRES.COM – Peneliti muda dari berbagai daerah yang dilibatkan World Agroforestry (ICRAF) Indonesia akan memamerkan hasil penelitian dalam bentuk festival yang bertajuk Walanae Festival.

Ketua Panitia Penyelenggara Walanae Festival Muhammad Ali Afid mengatakan, festival tersebut merupakan bagian tugas akhir dari proses penelitian yang dilakukan dalam program Inkubator Peneliti Muda Lanskap (IPML) Icraf Indonesia selama satu bulan.

Di mana dalam festival yang akan dilakukan di Bikin-bikin Creative Hub, Lantai 3 Nipah Mall Makassar, Kamis, 1 Desember 2022 tersebut akan memamerkan hasil-hasil temuan atau kajian yang dilakukan di wilayah penelitian. Mulai dari terkait lahan, sumber daya air, penghidupan tahan iklim, serta peran perempuan.

“Di kegiatan ini para peneliti muda yang tergabung dalam IPML akan banyak membagikan pengalaman terkait hasil kajian, temuan dan lainnya di lokasi penelitian,” katanya, Kamis, 1 Desember 2022.

Muhammad Ali Afid juga merupakan salah satu peneliti muda yang terlibat dalam IPML. Dalam program ini sekitar 38 peneliti muda melakukan penelitian di 12 desa, di Kecamatan Bone yang merupakan lokasi projects Icraf Indonesia dalam melakukan penelitian terkait isu perubahan iklim, bentang lahan berkelanjutan, dan perempuan.

Keduabelas desa yang menjadi lokasi penelitian antara lain, Desa Turadae di Kecamatan Ponre, Desa Latallang, dan Desa Massila di Kecamatan Patimpeng, Desa Lamoncong, dan Desa Erecinnong di Kecamatan Bontocani, Desa Hulo, dan Desa Maggenrang di Kecamatan Kahu, Desa Waekecce’ di Kecamatan Lappariaja, Desa Cabbeng di Kecamatan Dua Boccoe, Desa Pakkasalo di Kecamatan Sibulue, Desa Pallime, dan Desa Pusungnge, di Kecamatan Cenrana.

“Pusat penelitian yang kami lakukan memang dari hulu ke hilir wilayah Kabupaten Bone. Termasuk yang berada di wilayah DAS Walanae,” terangnya.

Ia mengungkapkan, dalam festival tersebut kajian atau temuan penelitian selain dipamerkan dalam bentuk tulisan populer, poster, dan video pendek. Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 09.30 Wita hingga 20.00 Wita ini akan diisi talkshow yang akan melibatkan seluruh peneliti muda dari IPML yang akan bercerita terkait pengalamannya saat melakukan penelitian.

Pada sesi pertama talkshow akan mengangkat tema “Literasi lahan air dan perubahan iklim”. Kemudian di sesi kedua talkshow mengangkat tema “Literasi perempuan, pangan dan penghidupan”.

“Kami juga akan memamerkan foto kegiatan kami selama hampir satu bulan melakukan penelitian. Termasuk menampilkan profil desa lokasi penelitian kami, mulai dari keunikan desa tersebut, hingga potensi yang dimilikinya,” sebut Ali.

Agar pengunjung Walanae Festival ini tidak merasa bosan, pihaknya akan menyiapkan pojok games dan kreativitas dengan tema perubahan iklim. Tujuan pojok tersebut mengajak pengunjung bermain sambil belajar. Tak ketinggalan pula acara hiburan melalui panggung bebas ekspresi.

Sementara Koordinator Proyek Land4Lives Provinsi Sulsel Muhammad Syahrir mengatakan, program IPML ini adalah upaya Icraf Indonesia untuk mendorong generasi muda untuk terlibat dalam dunia penelitian. Termasuk mendobrak bahwa peneliti muda bukanlah sebuah hal yang kaku.

“Kita ingin memperlihatkan bahwa penelitian itu adalah sebuah hal yang asik, menyenangkan, dan bisa memberikan manfaat dan mudah dipahami. Apalagi jika hasil penelitian itu kita informasi dengan cara yang berbeda, seperti dalam bentuk festival ini,” katanya.

Selain itu, hal tersebut untuk meningkatkan kapasitas bagi generasi muda yang tujuannya untuk mengajak mereka peduli terhadap isu-isu perubahan iklim atau lingkungan.

“Makanya kita latih mereka ini, kita tingkatkan kapasitas sehingga mereka punya kepedulian terhadap isu perubahan iklim, ketahanan pangan, dan keseteraan gender yang ada di masyarakat,” terangnya.

Dalam proses penelitiannya para peneliti muda ini dibagi dari empat kelompok, kemudian di sebar di 12 lokasi penelitian secara bergiliran. Keempat kelompok penelitian tersebut, pertama Kelompok Penelitian Lucbi Casava yang fokus pada penelitian bentang lahan. Kedua, Kelompok Penelitian Listra Ligots yang fokus pada isu-isu terkait penghidupan, rumah tangga, ekonomi keluarga, dan mata pencaharian.

Ketiga, Kelompok Penelitian IBUSS yang fokus pada sistem usaha tani, dan keempat Kelompok Penelitian Data Manajemen, dimana mengolah data penelitian yang dilakukan.

Program IPML ini pun berjalan mulai sejak Juli 2022 yang dimulai dengan proses seleksi, selanjutnya dilakukan pelatihan-pelatihan, dan inkubator selama beberapa minggu. Hingga sampai pada tahapan akhir yaitu diterjunkan ke lapangan dengan melakukan penelitian di 12 desa yang ada.

 

spot_img
spot_img
spot_img

Headline

Populer

spot_img