MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Calon gubernur Sulsel nomor urut 4 Ichsan Yasin Limpo (IYL) tampaknya mengakui sederet kekurangan dari program pendidikan miliknya selama menjabat sebagai Bupati Gowa 2 Periode.
Salah satunya yakni Sekolah Kelas Terpadu Berkelanjutan (SKTB) di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan. Pengakuan itu terbukti dari jawaban IYL soal Program SKTB di Gowa yang masih menyisahkan sederet pelajar Gowa yang masih belum bisa membaca buku.
Pernyataan itu mencuat dalam debat Pilgub Sulsel putaran kedua di Jakarta, Kamis (19/4/2018). Kronologinya dimulai saat Calon Gubernur nomor urut 2 Agus Arifin Numang membeberkan sederet temuan perihal permasalahan buta huruf di Gowa, khususnya bagi pelajar Kabupaten Gowa.
“Saya ingin mendapatkan penjelasan tentang kelas berkelanjutan, karena ini juga salah satu program pemerintah Kabupaten Gowa ketika pak Ichsan menjabat di sana. Saya ingin mendapatkan penjelasan dan masyarakat juga,” ungkap Agus dalam bentuk pertanyaan kepada IYL, melalui rilisnya kepada Sulselekspres.com, Kamis malam (19/4/2018).
BACA JUGA:Â
Nurdin Abdullah Singgung Program Tabrakan antara NH dan IYL
IYL Sebut Kepemimpinan Nurdin Abdullah Kontradiktif
Agus Tanya Soal Pendidikan Berkelanjutan di Gowa, IYL Bilang Begini
“Saya juga mendapat laporan, jadi ada kelebihan dan kekurangan, termasuk laporan dari masyarakat bahwa masih ada proses dari SKTB ini ada oknum yah, siswa yang justru belum pandai membaca, ini bagaimana bisa sampai seperti ini,” tegas Agus
Merespon pertanyaan itu, IYL memeparkan, bahwa pada dasarnya, SKTB di Gowa tersebut menitik beratkan pada proses yang jelas dan juga pada Automatic Promotion, serta tak merubah program kurikilum pendidikan nasional.
“Tidak ada yang berubah dari nasional, hanya saja dia automatic promotion. Oleh karena itu, SKTB tidak mengenal yang namanya tinggal kelas, mulai dari kelas 1 sampai 12 itu berkelanjutan, sehingga hasilnya tentu kita bisa melihat peningkatan kualitas, walaupun belum bisa klaim itu berkualitas,” jelas IYL.
Salah satu penyebab permasalahan tersebut kata IYL, yakni ketika proses pendidikan anak itu terganggu, karena orang tua siswa pindah tugas dari Gowa ke daerah yang lain.
“Sedikit bersoal ketika ada orang tua siswa pindah bertugas, bagaimana anak2 sekolah di Gowa bisa menyesuaikan dengan sistem yang normal,” ucapnya menambahkan.
IYL pun menyatakan kaget, karena mengetahui laporan adanya siswa yang belum bisa membaca. Tapi IYL mengatakan hal itu biasa kalau ada siswa yang merasa sulit.
“Saya kaget kalau masih ada yang belum bisa membaca, tapi biasa, kalau ada yang mengatakan sulit. Karena kurikulum konteksnya tidak ada yang berubah. Oknum barangkali yah,” papar IYL.