Aktivis Nilai Perkelahian Pelajar Bentuk Ketidakhadiran Negara

Rusdin Tompo/SULSEL EKSPRES/LUKI AMIMA

PAREPARE, SULSELEKSPRES.COM – Aktivis Nilai Perkelahian Pelajar Bentuk Ketidakhadiran NegaraDifabel, Rusdin Tompo, menilai perkelahian yang melibatkan dua orang siswi di Kota Parepare yang viral dimedia sosial, dinilai karena telah mengenali suatu gagal budaya.

“Di satu sisi kita berada pada tataran pemanfaatan teknologi yang semakin canggih. Dengan peradaban yang semakin maju, tapi dari sisi pengamalan nilai-nilai mengalami keropos,” katanya, Rabu (25/07/2018).

Rusdin menjelaskan, salah aspeknya yakni kekerasan oleh anak kepada anak. Berdasarkan teori kekerasan, kata dia, biasanya disebut bahwa kekerasan akan menimbulkan kekerasan baru. Apa yang dipraktikkan, katanya, hanya sekadar mencontoh dari video-video viral sejenis.

“Persoalannya adalah, mereka hanya niat untuk sekadar bisa populer, mengejar popularitas semu bahwa bisa viral, dan bisa nge-hits. Jadi, masalahnya menurut saya yakni, anak-anak diberikan gadget yang canggih tapi kemudian, tidak dibarengi dengan aspek yang terkait dengan literasi media.

Oleh karena itu, lanjutnya, tantangan saat ini yakni bagaimana memanfaatkan media teknologi yang dibarengi dengan literasi media, dari sisi pemanfaatannya. Utamanya, tambah dia, pada sisi penguatan nilai-nilai di sekolah, dan keluarga yang sangat penting untuk dapat memutus mata rantai kekerasan terhadap anak.

“Jadi, anak-anak tersebut merupakan bagian dari korban ketidakhadiran negara, dalam melindungi mereka dari pengaruh buruk kemajuan teknologi,” pungkasnya.