SULSELEKSPRES.COM – Ciutan Ketua Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum DPP Demokrat Ferdinand Hutahaean yang menuding foto Jokowi sendiri di lokasi terdampak tsunami di Banten sebagai pencitraan dan direncanakan menuai protes kubu petahana.
Tak terima dikritik demikian, Politisi PPP Asrul Sani meminta Ferdinand membandingkan gaya Jokowi berfoto sendiri dengan gaya Ketum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY saat mengetahui alat peraga kampanye milik Demokrat dirusak. Saat kejadian itu, ia menilai SBY terlihat melankolis di hadapan media.
Baca: Begini Tanggapan Rocky Gerung Soal Pembelian Saham Freeport Oleh Jokowi
“Style Pak SBY juga beda lagi, melihat APK partainya dirobek-robek maka di depan media begitu melankolis. Tapi kan saya tidak mau bilang itu melankolis. Silakan diartikan sendiri,” ujarnya dilansir dari CNN Indonesia.
Karena itu Arsul pun meminta Ferdinand berhenti menuding Jokowi pencitraan saat di lokasi bencana tsunami di Banten. Jika dilanjutkan, ia menegaskan pihaknya akan melakukan balasan.
“Jadi tidak usah itu dibilang pencitraan. Nanti kami balas juga gitu lho apa melankolisnya (SBY) pencitraan. Repot juga nanti balas membalas. Karena (SBY) begitu sendu gitu,” ujar Arsul.
Baca: Fahri Hamzah Kritik Pembelian Saham Freeport: ‘Namanya Goblok’
Juru Bicara TKN Arya Sinulingga justru menilai Jokowi biasa meluangkan waktu sendiri ketika mengunjungi sebuah lokasi.
“Pak Jokowi kemana pun dia pergi pasti minta waktu sendiri. Apalah mengambil waktu sendiri, itu salah?,” ujar Arya di Rumah Cemara, Jakarta, Rabu (26/12/2018).
Arya menuturkan kebiasaan Jokowi sendiri saat berada di lokasi bencana merupakan cara untuk melihat secara utuh. Bahkan, ia mnyebut Pasukan Pengamanan Presiden sudah terbiasa berjaga dari jauh ketika Jokowi berjalan sendiri untuk melihat kondisi wilayah yang disambanginya.
Baca: Rocky Gerung Berdebat Sengit dengan Pendukung Ahok: Dari Kata Dungu Hingga Homo
Di sisi lain, politisi Perindo ini mengaku heran Ferdinand berpura-pura tidak mengetahui siapa ‘Dewa Pencitraan’ di Indonesia. Arya meminta Feridnand bertanya kepada koleganya di Demokrat soal siapa ‘Dewa Pencitraan’ di Indonesia.
Sebab ‘Dewa Pencitraan’ di Indonesia yang dia maksud, yakni bos Ferdinand di Demokrat.
“Ferdinand Hutahaean itu aneh. Dia lupa siapa dewa pencitraan di Indonesia ini. Siapa coba? Bosnya,” pungkasnya.



