MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Wahana lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan (Sulsel) menyebut bahwa salah satu faktor kurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Makassar dikarenakan maraknya pembangunan tanpa melihat dampak pengrusakan terhadap lingkungan.
Direktu Walhi Sulsel, Al Amin, mengatakan bahwa maraknta pembangunan di Kota Makassar yang mengakibatkan kurangnya daerah resapan air membuat banjir di Kota Makassar sulit untuk di prediksi. Karena, daerah serapan air saat ini sudah menjadi lahan pembangunan.
“Sekarang banjir di Makassar sulit diprediksi. Karena, tidak ada lagi daerah resapan air. Akibat, pembangunan yang tidak melihat dampak pengrusakan lingkungan,” katanya, saat dikonfirmasi, Minggu (30/12/2018).
BACA:Â Walhi Sebut Kurangnya RTH Sebab Banjir di Kota Makassar
Amin menyebut, ada dua perusahaan properti yang sementara fokus melakukan pembangunan, khusus perumahan di titik strategis perkotaan. Pemerintah, baik kota maupun provinsi diminta untuk meninjau dan mencermati situasi pengrusakan lingkungan akibat pembangunan.
“Proyek ini dibangun di lahan resapan air seluas 700 hektar yang tentu menurut kami akan membuat kondisi lingkungan hidup di Kota Makassar semakin memburuk,” ungkap Al Amin.
Hal itu juga dikarenakan pembangunan Kota Makassar terutama terkait rencana reklamasi pantai seluas 4.000 Ha. Walau hanya proyek CPI dan New Port yang baru berjalan, rencana pengaplingan laut ini mulai digagas oleh pemerintah.
BACA:Â Benarkah Makassar Terancam Banjir?
Tidak hanya itu, semakin masifnya alih fungsi daerah resapan air untuk pembangunan hotel perumahan dan pusat perbelanjaan berakibat pada semakin berkurangnya Ruang Terbuka Hijau di Kota Makassar.
“Pada tahun ini kami juga mencatat ada sejumlah proyek bisnis di Kota Makassar yang melakukan pengaplingan ruang, sehingga memberi efek buruk bagi kehidupan masyarakat Kota Makassar,” jelasnya.
Perusahaan tersebut kemudian membuka lahan perumahan yang mereka bangun tepat berada di lahan yang selama ini menjadi daerah resapan air.
CitraLand Tallasa City adalah proyek bisnis properti dan pusat kawasan bisnis yang dikembangkan oleh Ciputra Group dan FKS Land yang terletak di antara Jalan Perintis Kemerdekaan dan Jalan Ir Sutami Kota Makassar.
BACA:Â Perkirakan Banjir Saat Magrib, Danny Minta Petugas Siaga Penuh
“Dalam catatan WALHI kondisi RTH sekarang berada pada situasi angka darurat 7 persen yang tentu akan membuat kondisi lingkungan hidup di Kota Makassar semakin memburuk dan banjir akan semakim tidam terkendali,” katanya.
Olehnya itu, dia meminta pemerintah baik kota maupun provinsi untuk melakukan peninjauan kembali. Seperti apa hal mendasar yang semakin mengancam kelestarian lingkungan dan berdampak buruk ke masyarakat.
“Kami menegaskan mendesak (Wali Kota dan Gubernur) untuk meninjau ulang proyek pengembangan, harus meninjau ulang perizinan pembangunan di Sulsel. Pemerintah sekarang harus melakukan upaya pencegahan kerusakan lingkungan dan yang terakhir penegakan hukum jika terbukti merusak lingkungan,” katanya.