SULSELEKSPRES.COM – Penggiat media sosial pendukung Presiden Jokowi, Chusnul Chotimah memprotes julukan buzzer yang disematkan terhadap dirinya.
Dia mengatakan, orang dengan bebas menghina dan memfitnah Presiden dengan sebegitu mudahnya atas nama demokrasi. Namun disisi lain orang yang memberikan pembelaan terhadap presiden meski rela dirinya disebut buzzer, PKI, hingga dicap kafir.
Baca: Rocky Gerung: Konflik Israel-Palestina Berebut Tanah, Bukan Berebut Tuhan
“Mereka bebas menghina presiden, mereka bebas memfitnah presiden, mereka bebas nuntut presiden lengser. Kata mereka ini semua demokrasi.” kata Chusnul melalui akun Twitternya, (30/6/2021).
“Tapi kita dilarang membela presiden.
Membela siap2 dicaci maki, dicap PKI, buzzer bahkan kafir. Demokrasi apa ini?” tambahnya lagi.
Baca: Sindir Eko dan Denny Siregar, Annisa Pohan: Buzzer Beracun dan Islamophobia
Chusnul menganggap ada hal lucu dilakukan oleh para penghina presiden. Dimana mereka menyebut diri dibungkam tapi sekaligus bisa dengan bebas menghina di medsos hingga anarkis di jalan.
“Bebas menghina di medsos, bebas anarkis di jalan tapi tanpa malu teriak kami sedang dibungkam. Dasar waluh.” ujar dia.
Mereka bebas menghina presiden.
Mereka bebas memfitnah presiden.
Mereka bebas nuntut presiden lengser.
Kata mereka ini semua demokrasi.
Tapi kita dilarang membela presiden.
Membela siap2 dicaci maki, dicap PKI, buzzer bahkan kafir.
Demokrasi apa ini?— Chusnul Chotimah (@ChusnulCh__) June 30, 2021
Seperti diketahui, beberapa waktu terakhir ramai postingan BEM UI setelah menyematkan gelar Jokowi The King Of Lip Service di media sosial. Hal ini kemudian ramai setelah pihak birokrat kampus mempermasalahkan dan melakukan pemanggilan terhadap sejumlah mahasiswa.
Para mahasiswa kemudian merasa ada upaya pembungkaman untuk menyuarakan aspirasi.
BEM UI sendiri dalam unggahannya menampilkan foto Jokowi berdiri di sebuah mimbar, mengenakan tahta raja, dan latar belakangan bibir, disertai keterangan King of Lip Service.