MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Rektor UIN Alaluddin Makassar Prof Musafir menilai, konflik beragama yang sering terjadi belakangan ini bukan dikarenakan soal teologi. melainkan pada persoalan sosiologis, ekonomi, dan kepentingan politik tertentu.
“Saya percaya, semua agama mengajarkan perdamian dan ketentraman,” ungkap Guru Besar Sosiologi Agama ini saat menjamu Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalimantan Selatan di Gedung Rektorat Kampus II UIN Alauddin Samata Gowa, Sabtu (29/9/2018).
Sementara salah satu perwakilan dari FKUB Kalimantan Selatan menilai konflik beragama yang sering terjadi bukan lagi dari eksternal beragama, melainkan internal agama itu sendiri. Seperti perbedaan mashab dan pemahaman dari agama tertentu.
BACA:Â Scholar Asal Jerman beri Kuliah Umum di FAH UIN Alauddin
Menanggapi hal itu, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Prof Dr Natsir Siola mengataka, konflik antar Syiah dan Sunni hanyalah buah konflik politik luar negeri antara Amerika Serikat dengan Iran.
Ia menilai kekuatan politik Iran saat ini sangat diperhitungkan lantaran memiliki kekuatan persenjataan yang mampu menyaingi Amerika Serikat. Ia menganjurkan, agar mengunjungi Iran untuk melihat langsung tempat berkembangnya faham syiah. “Agar tidak ada kecurigaan diantara kita,” tambahnya lagi.
Hal senada juga disampaikan oleh Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof Dr Darussalam, menurutnya Perguruan Tinggi harus membuka diri untuk mengkaji semua faham pemikiran yang ada.
BACA :Â Empat Petinggi UIN Alauddin Hadiri Konferensi Perdamaian Dunia di Korea Selatan
“Jangankan Syiah saya bilang, saya membuka ruang kepada pendeta dari Toraja yang mau belajar Islam. Saya menilai dia lebih bagus belajar di UIN Alauddin terkait perbedaan faham keagamaan,” jelasnya.
Ia beranggapan, Syiah, Sunni, Bahkan Ahmadiya tidak bisalagi dipisahkan dari peta pemikiran Islam dunia. Sehingga menurutnya tidak layak disebutkan bahwa di dunia ini hanya satu faham keagamaan. “Apalagi mengatakan bahwa dia bukan bagian dari Islam,” ujarnya.
Sementara Dekan Fakultas Adab dan Humaniora Dr Barsihannoor menjelaskan, untuk menumbuhkan suasana kondusif dikalangan mahasiswa, Barsihannoor mengaku memasukkan materi tentang syiah dan ahmadiya kedalam setiap silabus pembelajaran di Pascasarjana khususnya silabus pemikiran Islam.
BACA JUGA:Â
Sambut Milad Perak, Mapalasta UIN Gelar Bakti Sosial Di Desa Sambueja
Mahasiswa UIN Alauddin Jadi Relawan di Lombok
PPL MPI UINAM Gelar Seminar Pendidikan di Ponpes Bahrul Ulum
“Dengan cara ini, mahasiswa mau tidak mau harus mencari literatur tentang ahmadiya, literatur tentang syiah sehingga dengan cari itu mereka lebih memahami bagaimana itu syiah dan apa itu ahmadiya. Sehingga tidak mudah mengkafirkan,” pungkasnya.
Dr Mirhan Ketua FKUB Kalimantan Selatan mengaku diskusi yang dilakuka bersama dengan Pimpinan UIN Alauddin banyak menerima penjelasan tentang bagaimana menciptakan kerukunan antar umat beragama.
“Lebih penting lagi banyaknya kerjasama UIN Alauddin dengan luar negeri untuk menciptakan rukun kedamaian dunia,” tutupnya Mirhan yang juga Alumni UIN Alauddin ini.
Penulis: Abdul Latif