HGN 2017, IGI: Program Pengembangan Kompetensi Guru Belum Maksimal

Muhamamd Ramli Rahim Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Dalam rangka menyambut Hari Guru Nasional 2017 yang digelar setiap 25 November, Ikatan Guru Indonesia (IGI) terus menjawab tantangan dalam mengembangkan kompetensi guru di Indonesia, lewat berbagai macam metode pembelajaran yang kratif dan menyenangkan bagi siswa.

“Bagi IGI, problem utama ada pada kompetensi guru, jadi ada di gurunya, sebaik apapun fasilitasnya, seburuk apapun fasilitasnya Peran guru paling menentukan” kata Ketua IGI Pusat, Muh. Ramli Rahim saat menjadi narasumber di acara Kompas TV, Kamis (23/11/2017).

Dalam program bincang-bincang bertema membangun pendidikan karakter malalui keteladanan guru, Ramli Rahim menjelaskan bahwa IGI didirikan atas dasar mengembangkan kompetensi guru lewat metode-metode pembelajaran yang kreatif.

“IGI memang lahir dengan konsentrasi kesana, mengembangkan kompetensi guru. Saya tepilih Januari 2016, sejak 2016 sampai sekarang IGI sudah melati 987.000 guru di seluruh Indonesia,” katanya.

“Jumlah itu bagi kami masih kecil, karena berbagai tantangan kami harus hadapi dimana-mana, termasuk orang-orang yang belum menerima IGI dilapangan, dari berbagai segment, ini menjadi tantangan bagi kami yang ada di Ikatan Guru Indonesia,” ujar Ramli.

Dia menganggap kalau program pengembangan kompetensi guru selama ini, itu tidak maksimal tidak berjalan dengan baik.

Menurut Ramli, banyak faktor yang mempengaruhi dalam mengembangkan hal tersebut. Salah satunya dalam hal metodologi pelatihan.

“Dengan metodologi ceramah tidak banyak hal yang dapat diterapakan di lapangan, yang dibutuhkan guru sebenarnya kreativitas dalam mengajar, bagaimana menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan, mengembirakan di sekolah, jadi siswa-siswa itu datang kesekolah jadi nyaman dan senang, mau pulang susah gitu, itu sebenarnya yang kita inginkan,” pungkasnya.

IGI sendiri sudah mengurangi yang namanya seminar, atau workshop. Ceramah saja, yang dilakukan IGI adalah bagaimana krativitas mengajar itu ditampilkan.

Misalnya teman-teman IGI mengubah game jadi pembelajaran, mengubah komik jadi pembelajaran, mengubah video scrip jadi pembelajaran dan memberikan penugasan kesiswa yang berhubungan dengan konten lokal, hal ini yang bisa membuat siswa senang belajar.

Masalah kedua adalah bentuk Pelatihan. di IGI ada kanal-kanal pelatihan, ada hampir 30 model pelatihan di IGI. Model pelatihan itu, alhamdulillah sangat diminati oleh guru-guru.

“Mereka, meski dilarang dibeberapa tempat datang saja ke pelatihan IGI karena ada sesuatu yang ditemukan ketika mereka ikut pelatihan,” pungkasnya.