LUWU UTARA, SULSELEKSPRES.COM – Sungguh sangat mengiris hati ketika mendengar seorang jenaza harus ditandu bergantian mengarungi hutan belantara dengan jalur yang sangat terjal. Bahkan harus berjalan sejauh 36 kilometer.
Perisitiwa ini terjadi di Desa Onondowa, Kecamatan Rampi, Kabupaten Luwu Utara. Dimana yang berada dalam peti tersebut yakni almarhum Mesak Wungko yang meninggal di Rumah Sakit Sawerigading, Kota Palopo, Sulsel, Jum’at (1/11/2017).
Kematian nenek Mesak Wungko ini mendapat banyak perhatiam dari Warganet. Peristiwa tersebut diunggah oleh Nefliati Lasoru pada, Senin November 2017 lalu.
“Sungguh menyedihkan kehidupan masyarakat Rampi memikul mayat sejauh 36 kilo melewati hutan, hujan. . Oh pemerintahku luwu utara sulawesi selatan dimanaki kasian kami rampi,” tulis Nefliati dalam unggahannya.
Nenek Mesak Wungko ditandu menggunakan bambu oleh warga dengan menyisir hutan belantara ke Onondowa sejauh 36 Kilometer dari wilayah Bada, Kecamatan Lore Selatan, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Keluarga Mesak Wungko, Frans mengungkapkan bahwa Mesak menderita penyakit gagal ginjal dan menghembuskan nafas terakhir di RSUD Sawerigading, Kota Palopo.
“Ia sudah tidak sanggup menahan sakitnya. Akhinrya ia menembuskan nafas terakhirnya di RS tersebur,” ungkapnya.
Lanjut Frans bahwa jalur yang paling  terdekat menuju Rampi, yakni dari Masamba melalui Bada, Sulawesi Tengah.
“Itupun jalur tersebut hanya bisa dilalui oleh motor yang sudah dimodifikasi. Akhirnya kami berinisiatif untuk gotong royong memangkul nenek selama sehari lamanya,” bebernya.
Sebenarnya, kata Frans, ada jalur mudah dan cepat untuk sampai ke Rampi. Itu dengan menggunakan pesawat. Tapi dirinya tak bisa membayar harga pesawat tersebut.
“Harga dari pesawat tersebut sebesar Rp. 50.000.000. Kami tidak mempunyai uang sebanyak itu. Makanya kami tandu saja,” tambahnya.
“Dengan hati yang sangat terpaksa kami bergotong royong dengan sekuat tenaga untuk menandunya,” pungkasnya.