25 C
Makassar
Sunday, December 15, 2024
HomeMetropolisKisah Fatma Wada, Doktor Asal Papua yang Antusias Ikuti Pekerti di Makassar

Kisah Fatma Wada, Doktor Asal Papua yang Antusias Ikuti Pekerti di Makassar

- Advertisement -

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Kualitas pendidikan di Indonesia semakin hari semakin ditingkatkan, baik dari segi materi bahan ajar, sarana dan ptasarana, sampai dengan kualitas pengajarnya.

Salah satu hal yang dilakukan untuk terus meningkatkan kualitas pengajar adalah dengan menggelar Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (PEKERTI).

Saat ini salah satu Perguruan Tinggi yang ada di kota Makassar, STIE Nobel Indonesia Makassar, menggelar pekerti sejak hari Senin (28/10/2019) lalu, dan akan berakhir hari ini, Kamis (31/10/2019).

Kegiatan Pekerti ini dihadiri oleh 51 peserta dari berbagai daerah yang ada di Indonesia, seperti Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, bahkan dari daerah Papua.

Salah satu peserta yang menarik perhatian adalah Fatma Wada S, Doktor asal Papua antusias mengikuti Pekerti yang berlangsung di Aerotel Smile, kota Makassar.

Fatma mengaku sangat senang bisa mengikuti kegiatan tersebut, karena menjadi bekal untuk meningkatkan kualitas pengajar, juga memberikan pengalaman beeharga yang dapat disalurkan kepada instansi maupun masyarakat Papua.

“Kegiatan pekerti ini sangat bagus, khususnya bagi para dosen. Karena di sini kita dilatih membuat RPM dan membuat jurnal,” ujar Fatma saat ditemui di Aerotel Smile.

Menurut Fatma, Pekerti merupakan salah satu wahana yang dapat dimanfaatkan untuk membentuk karakter pendidik, terlebih lagi untuk daerah-daerah yang sedang membangun seperti Papua.

“Saya rasa ini dapat membentuk karakter dosen dan meningkatkan kompetensi dosen, utamanya bagi kita terlibat dalam dunia pendidikan.”

“Karena memang pekerti ini sangat penting untuk dosen, sertifikatnya bisa untuk sertifikasi dosen, peningkatan jabatan, dan lain-lainnya,” lanjutnya.

Doktor muda yang mengajar di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Kampus Biak tersebut sengaja menyempatkan diri mengikuti Pekerti sebelum kembali ke Biak.

“Kebetulan saya ada tugas belajar di sini (Makassar), jadi saya ikut Pekerti dulu sebelum kembali ke Papua.”

“Motivasi saya cuma satu, karena saya mau meningkatkan kompetensi saya. Itu sangat penting sekali untuk kita tenaga pendidik. Bukan cuma saya saja, tapi seluruh dosen harus mengikuti Pekerti,” terangnya.

Selain itu, Fatma juga mengakui bahwa pengalaman yang ia dapatkan selama mengikuti Pekerti merupakan modal bagus untuk meningkatkan kualitas pengabdian.

Lebih jauh ia mengatakan jika pengalaman tersebut akan ia bawa ke instansi tempat ia mengajar, juga kepada masyarakat sekitar agar wawasan mereka lebih terbuka dalam memandang pentingnya pendidikan.

“Karena dosen kan tidak hanya skill dan pengetahuannya saja yang perlu ditingkatkan. Tetapi kita butuh pengalaman yang bisa kita bagikan ke instansi kita dan masyarakat luas,” tutupnya.

Penulis : Widyawan Setiadi

spot_img
spot_img

Headline

spot_img