MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – PPP berpaling. Otomatis, Demokat jadi partai tunggal di parlemen yang berada di barisan Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto-Indira Mulyasari Paramastuti (DIAmi) pada Pilwalkot Makassar 2018.
Perhelatan politik Makassar kali ini hampir pasti akan mencatat sejarah baru. Selain untuk pertama kalinya petahana (Danny) maju lewat jalur independen, untuk pertama kalinya pula akan terjadi head to head.
BACA:Â NasDem Bakal Birukan Deklarasi APPi-Cicu
Pasangan lain, Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu) nyaris memborong seluruh parpol yang berada di parlemen: Golkar, NasDem, PKS, PAN, PDIP, PBB, PKPI, Hanura, PPP dan Gerindra.
Sementara, DIAmi malah sebaliknya. Selain Demokrat, parpol baru seperti Partai Berkarya, Partai Perindo, PSI dan Partai Idaman justru berbondong-bondong berada di barisan DIAmi. Ditambah satu parpol lama yang tidak memiliki perwakilan di DPRD Makassar, PKB.
Menurut Ketua DPC Demokar Makassar, Adi Rasyid Ali (ARA), komitmen partainya untuk tetap bersama Danny tak bisa digoyahkan. Selain Demokar juga termasuk partai pengusung Danny pada Pilwalkot Makassar 2013 lalu, juga konsisten mengawal kebijakan pemerintahan sejauh ini.
“Pasti, (Demokrat) mengawal perjuangan pak Wali (Danny) sampai akhir. Kita akan mengawal perjuangan beliau,” ucapnya, saat dikonfirmasi pada Selasa (9/1/2018).
“Demokrat kan setia hingga akhir, tidak pernah berubah. Demokrat yah tidak akan pernah berubah,” sambungnya
Sementara itu, Direktur Epicentrum Politica, Iin Fitriani menilai, meski ‘dikeroyok’, Demokat sudah punya pertimbangan spesifik terhadap jagoannya. “Sehingga Demokrat tetap bertahan walaupun sendirian. Kita mesti apresiasi keputusan politik Demokrat,” kata Iin, saat dikonfirmasi.
Apakah keputusan politik Demokrat akan menguntungkan atau merugikan?
Bagi Iin, langkah jangka panjang seperti Pileg 2019 bagi parpol, tak terkecuali Demokrat, masih sangat relatif untuk dihitung untung-ruginya. Sebab, katanya, konsentrasi masyarakat masih memperhatikan Pilkada, meskipun partai sudah memikirkan langkah panjangnya.
“Risikonya kan sudah Demokat tahu. Jadi pasti alasannya kuat untuk bertahan dengan kondisi demikian. Politik ibarat bermain judi. Banyak bertaruh mati-matian untuk mendapatkan kesepakatan politik yg menguntungkan. Dan hal tersebut waja,” demikian Iin.
Penulis: Muhammad Adlan