MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Laki-laki bernama lengkap Adi Pratama Negara, menceritakan batapa sulit dirinya menjadi seorang ayah, ketika terjadi sebuh musibah besar di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah.
Laki-laki dua anak ini, sambil bersedih menguraikan bagaimana detik-detik gempa tiba-tiba datang mengguncang tiga daerah dan disusul dengan tsunami di Sulteng.
“Saya bersyukur saat gempa terjadi, tapi saat itu saya tidak pernah berhenti berzikir dan beristighfar terus. Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar,” katanya saat ditemui di Jalan Topaz Makassar, Jumat (19/10/2018).
Saat gempa terjadi Adi Pratama, langsung bergegas mengambil kedua anaknya. Dalam pelariannya dari rumah menuju salah satu bukit gunung terdekat dari rumahnya. Adi sama sekali tidak merasakan sedikitpun cape dan sakit, sebab yang ada dalam pikirannya bagaimana keluarganya terselamatkan.
“Saya tidak perduli dengan rasa sakit dan cape ketika itu, tapi ternyata sesampai di sebuah gunung dengan jarak kurang lebih 5 kilometer dari rumahku, ternyata anak kedua saya tidak ada di tempat,” ungkapnya.
Baca:Â Peringatan HUT Ke-349 Sulsel: Galang Bantuan Korban Gempa Palu
Tanpa menunggu lama, Adi Pratama langsung meminjam sepeda motor milik keponakannya yang beranam Osamar, guna, untuk kembali menyisir sepanjang jalan raya, yang sudah mulai terisi dengan air laut setinggi kurang lebih 50 CM.
“Saya tidak perduli dengan air yang sudah mulai naik, yang ada dalam pikiran saya, bagaimana saya mendapatkan anak saya. Tapi sesampainya saya dipenghujung jalan tidak menemukan apa-apa. Dengan penuh semangat saya menyemrang di gunung sebelah berharap anak saya mengikuti keponakan saya yang lainnya,” jelasnya.
Tanpa menunggu lama, Adi Pratama langsung berteriak memanggil anaknya. “Gibran, Gibran, Gibran,” panggil Adi sambil meneteskan air mata sedih, namun tidak ada satupun jawaban dari panggilanya. Adi pun sempatkan dirinya beristirahat dan berdoa “Ya Allah, pertemukan hamba dengan anak hamba ya Allah,” tangisnya ketika itu.
Baca Juga:
Beda Cara Tri Rismaharini dan Nurdin Abdullah Cegah Bencana Gempa, Siapa Lebih Baik?
Pelaku Pemerkosaan Anak Korban Gempa Palu Terancam Hukuman Kebiri
Peduli Palu Donggala, Karang Taruna Matekko Bersama Masyarakat Kirim Bantuan
Jam sudah pukul 19:48 Wita. Dirinya mengaku sedih, sakit dan kedinginan bukan masalah saat itu. Adi Pratama sempat pasrah dan bahwa dirinya akan mati dalam perjalanan pencarian anak itu. Namun, dirinya mencoba berteriak satu kali lagi ” Gibran, Gibran,” tidak lama kemudian, ponaan sekaligus pemilik motor bebek yang ia kendarai saat itu menjawab “Iya Om saya sama Gibran di sini,” tagis haru dan sedih bercampur dengan kebahagiaan setelah melihat sang buah hatinya.
Adi Pratama langsung bergegas, menyalakan motornya dan membawa anaknya untuk bertemu dengan sang istri di gunung sebelah, kira-kira jaraknya 4 kilometer dari tempatnya saat itu. Sesampainya di gunung sebelah dimana anak pertama dan istrinya berada. Adi langsung memeluk dengan erat keluarganya.
“Tidak lama setelah itu kami langsung menuju sebuh lapangan, yang akan menjadi tempat pengungsian kami selama empat hari. Di lapangan itu kami selama satu hari tidur dengan beralaskan rumput dan diselimuti dinginya embun malam, sakit dan muntah-muntah tentunya menjadi ujian pertama bagi kami sekeluarga di lapangan tersebut,” jelasnya.
Baca:Â Orangtua Belum Diketahui, Proses Hukum Pelaku Pemerkosaan Anak Korban Gempa Terhambat
Memasuki hari kedua dan sampai keempat kami sudah sedikit menikmati pengungsian, karena bantuan sudah mulai berdatangan dari segala penjuru. “Kami sangat merasa bersyukur, kami mendapatkan banyak bantuan, baik dari pemerintah setempat maupun dari luar Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah,” pungkasnya.
Untuk diketahui, istrinya bernama Gusma, anak pertama bernama ST Alea, anak keduanya bernama Gibran. Sedangkan ponakan yang menjadi pahlawan penolong anaknya adalah Osamar.