SULSELEKSPRES.COM – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan memuji profesionalisme Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian.
Hal ini disampaikan Luhut saat berbicara mengenai dirinya bersama sejumlah tokoh lain jadi target rencana pembunuhan oleh enam tersangka terkait kerusuhan Aksi 22 Mei.
BACA: Menhan Ryamizard: Jangan Sampai Saya Turun Tangan
Luhut mengaku yakin kalau otak dibalik rencana pembunuhan dirinya akan terungkap. Keyakinannya itu berdasarkan profesionalisme Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian dan jajarannya dalam menangani proses hukum kerusuhan Aksi 22 Mei.
“Hanya soal waktu saja. Jadi nggak bisa berkelit ya, (karena) saya lihat ini Pak Tito very very professional,” ujar Luhut di kediamannya, Kawasan Mega Kuningan Barat, Jakarta Selatan, Kamis (30/5/2019) dilansir dari CNNIndonesia.
BACA: Luhut: Pak Prabowo Orang Baik, Jangan Beri Angin Surga
Dia menambahkan, keyakinan itu juga didasari semua data yang berkaitan dengan aksi menolak kecurangan pemilu berujung rusuh pada 22 Mei lalu. Dari data yang sudah dilihatnya itu, Luhut menyebut sudah sangat jelas benang merah antara kerusuhan 22 Mei dan ancaman pembunuhan itu.
“Orang saya lihat semua datanya kok. Ya semua aliran benang merahnya kelihatan gitu. Kemana larinya,” kata Luhut.
Meski menjadi salah satu sasaran pembunuhan pada 22 mei lalu, Luhut sendiri tak mau ambil pusing atau merasa keamanannya terancam.
BACA: Surat Pemanggilan Tito Karnavian oleh KPK, Terbukti Hoaks
Meski begitu dia cukup menyayangkan karena masih ada pihak yang menggunakan ancaman pembunuhan hanya karena berbeda pilihan dalam demokrasi.
“Kenapa mesti ancam-ancam. Saya sesalkan itu, untuk apa buat seperti itu. Kalau kita beda pendapat dalam satu demokrasi bukan dengan cara kaya gitu, kan kampungan cara gitu dan pasti ketahuan,” kata Luhut.
Polri sebelumnya telah menangkap enam orang terkait kerusuhan 22 Mei. Enam orang itu telah ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan tindak pidana kepemilikan senjata api dan amunisi ilegal, serta dugaan rencana pembunuhan.
Hasil pemeriksaan, para tersangka berencana membunuh empat tokoh nasional dan seorang pemilik lembaga survei swasta. Tak hanya itu, mereka juga merencanakan penembakan saat aksi pada 21-22 Mei 2019.
(*)