MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Pengamat dari Universitas Negeri Makassar (UNM), memberi tanggapan mengenai Kebijakan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), yang akan kembali menggenjot pembangunan wilayah kemaritiman Sulsel.
“Pembangunan wilayah pesisir menjadi bagian yang penting dalam pembangunan suatu wilayah. Laut dimaknai sebagai penghubung, bukan pemisah. Mahalnya harga kebutuhan pokok, salah satunya disebabkan oleh kurang maksimalnya distribusi barang, terutama wilayah yang membutuhkan,” kata Rifal Najering kepada Sulselekspres.com, Jumat (4/12/2020).
Menurutnya hal tersebut akan menjadi peluang yang dapat dimaksimalkan. Sulsel penghasil beras, sedangkan beberapa wilayah timur lainnya kadang kekurangan beras.
“Untuk itu, perlu memaksimalkan hasil bumi dengan memanfaatkan laut sebagai sarana untuk berdagang. Dalam hal ini perlu memaksimalkan perahu pinisi sebagai identitas daerah yang berasal dari Sulawesi Selatan,” lanjutnya.
Rifal tegaskan bahwa pembangunan tidak hanya melibatkan pemodal, tetapi para pelaut yang memiliki perahu, berpengalaman untuk bisa memperdagangkan hasil bumi di wilayah Timur lainnya di Indonesia.
“Selain menguntungkan buat petani, pemerintah, pelayar, dan identitas pinisi tetap menjadi ikon sulawesi selatan,” tuturnya.
Sementara itu, Rifal beharap pariwisata sejarah yang berbasis di sekitar pesisir Makassar digiatkan. Sehingga, pemerintah perlu memikirkan pembangunan yang berbasis pada sejarah dan budaya yang berorientasi pada kemaritiman.
“Apa kabar kota tua Makassar? Perlu diketahui bahwa awalnya kota-kota di Nusantara berada di wilayah pesisir,” ujarnya.
“Jangan pisahkan laut dan darat, mereka adalah kesatuan dalam pembangunan. Hasil darat, memaksimalkan laut sebagai sarana transportasi. Pelabuhan, perahu pinisi, pemasaran, dan, dan hasil bumi menjadi bagian yang sangat penting dalam pembangunan,” tutupnya.
Area lampiran