SULSELSEKSPRES.COM – Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan bahwa diatas mejanya selalub terdapat tombol untuk meluncurkan nuklir, sehingga membuat AS “tidak akan dapat memulai sebuah perang”.
Dalam pidato tahun baru Kim Jong-un yang disiarkan televisi, menyatakan bahwa seluruh wilayah AS berada dalam jangkauan senjata nuklir Korea Utara.
“Ini merupakan kenyataan, bukan sebuah ancaman,”kata Kim Jong-un dilansir BBC Indonesia, (1/1/2017)
Namun, dia juga menawarkan sebuah zaitun pada Korea Selatan, yang menunjukkan dia “membuka diri terhadap dialog”.
Dia juga mengatakan Korea Utara kemungkinan mengirimkan tim ke Olimpiade Musim Dingin di Seoul.
Ketika ditanya oleh reporter terkait ancaman Kim, Presiden AS Donald Trump mengatakan,”Kita lihat saja, kita lihat saja”.
Trump menjawab pertanyaan wartawan disela-sela perayaan Malam Tahun Baru di resor Mar-a-Lago di Florida.
Korea Utara mendapatkan sejumlah sanksi selama tahun lalu karena program senjata nuklirnya dan berulang kali melakukan uji coba rudal konvensional.
Negara yang terisolasi secara politik telah melakukan enam kali uji coba nuklir dan memamerkan peningkatan kekuatan rudal.
Pada November, Korut melakukan uji coba Hwasong-15, yang dapat mencapai ketinggian 4.475 kilometer – lebih dari 10 kali Stasiun Luar Angkasa Internasional.
Negara ini juga mengklaim telah mengembangkan senjata nuklir secara penuh, meskipun masih ada sikap skeptis di kalangan internasional mengenai kapasitas sebenarnya untuk melakukan sebuah serangan.
Dalam pidato di televisi, Kim menekankan kembali fokusnya terhadap program senjata, dengan mengatakan negaranya harus “memproduksi secara massal hulu ledak nuklir dan rudal balistik dan meningkatkan pengembangannya”.
Namnun, dia juga menyebutkan bahwa hubungan antara Korea Utara dan Selatan – secara teknik masih dalam perang – dapat mereda di tahun mendatang.
“Tahun 2018 merupakan sebuah tahun yang signifikan baik bagi Utara dan Selatan, dengan Utara memperingati 70 tahun kelahirannya dan Selatan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin”.
Pidato ini dilihat sebagai sinyal perubahan setelah dalam setahun lebih banyak melakukan retorika agresif.