MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Femomena klasik yang belum kunjung menemui solusi di setiap musim hujan, banjir, menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar masyarakat Kota Makassar.
Baru-baru ini, nyaris seluruh penjuru Kota Makassar terandam banjir akibat hujan lebat yang terus menggempur. Bahkan, hanya dalam waktu satu malam saja, sejumlah titik di kota Makassar sudah terendam banjir hingga setinggi dada orang dewasa.
Menanggapi fenomena ini, pengamat sosial dari Universitas Megarezky (Unimerz) Makassar, Dr. H. Syamsunie Carsel HR.M.Pd, bencana banjir bisa memberi dampak yang besar terhadap tatanan hidup masyarakat.
“Banjir merupakan bencana sosial yang dapat mengancam kelangsungan hidup bersama. Banjir memiliki fenomena tersendiri di tengah kesibukan kota, terkhusus kota Makassar,” buka Carsel kepada Sulselekspres.com, Rabu (23/12/2020).
Dampak besar yang dimaksud Carsel lebih spesifik pada perubahan tatanan sosial dan ekonomi masyarakat. Sebab, hal ini bisa saja terjadi dalam kurun waktu yang cukup singkat.
BACA:Â Wagub Sulsel Temui Bayi 10 Hari, Bagikan Masker dan Bantuan Korban Banjir
“Ini membawa dampak yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Dampak itu bisa membawa perubahan sosial yang cepat, terutama dalan aspek ekonomi dan sosial. Perubahan ekonomi sosial sudah pasti terganggu,” jelasnya.
“Masyarakat tidak lagi menjalani aktifitasnya secara normal. Selain itu, harta benda masyarakat yang terendam dan hancur tentu sangat merugikan. Padahal, menurut saya, pemerintah mestinya dengan cepat mengambil langkah kongkrit untuk mengantisipasi langganan banjir tersebut,” lanjutnya.
Lebih jaauh Carsel mengatakan, sejumlah unsur penentu banjir juga tidak lepas dari kelengahan masyarakat dalam hal persampahan. Masyarakat kerap tidak bijak dalam menangani sampah, sehingga, dampak yang ditimbulkan baru terasa saat musim hujan tiba.
“Saya mengimbau kepada masyarakat agar senantiasa menjaga kebersihan lingkungan, terutama proaktif dalam menjaga kebersihan got, dengan tidak membuang sampah ke saluran air, apatah lagi pada musim hujan, tentu air mudah tergenang karena drainase tidak berfungsi dengan baik,” harap Carsel.
Sebab, menurutnya, sekalipun pemerintah telah mengambil langkah benar, tetapi peran aktif masyarakat belum tidak terwujud, maka hal itu tidak akan memberikan dampak besar terhadap penanganan banjir.
Dengan begitu, peran aktif masyarakat dalam menangani sampah sangatlah dibutuhkan. Sebab, setiap tindakan yang sifatnya tidak memperdulikan kondisi lingkungan, maka dampaknya an sangat fatal.
“Sekalipun pemerintah sudah berupaya semaksimal mungkin dalam mengantisipasi banjir, tetapi masyarakat tidak memiliki kesadaran sendiri, maka banjir tidakk dapat diantisipasi. Kalalau saya lihat, area banjir di kota Makassar hanya itu-itu saja.”
“Itu disebabkan karena pembuangan air tidak jelas. Terjadi penyumbatan di mana-mana yang disebabkan oleh sampah,” lanjutnya.
Selain sampah, Carsel juga menilai tindakan pengembang properti yang tidak memperhatikan saluran pembuanagn air dengan baik, juga menjadi salah satu faktor penyebab banjir.
Sebab, peralihan fungsi han yang sebelumnya menjadi area serapan air, setelah berubah menjadi perumahan, juga tidak dibarengi dengan sistem drainase yang mendukung.
“Selain sampah, sebagian besar di area banjir disebabkan karena kondisi lingkungan dimana lokasi perumahan misalnya, yang awalnya adalah rawa, kemudian para pengembang tidak menimbun secara maksmial sehingga terjadi cekungan area.”
“Kemudian got-got ditutup dengan beton, lalu tidak ada saluran pembuangan air yang memadai. Sehingga, air hujan itu tergenang dan tidak mengalir ke drainase, karena drainasenya ditutup dengan beton, ditambah lagi got-got dibuat dalam skala kecil,” tutupnya.