Peserta dan Pengajar Diklat LAN Antang Bantu Warga Miskin

Peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat III Angkatan XVIII Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia (RI) Antang, Makassar melakukan aksi peduli sosial terhadap sejumlah janda miskin di Kabupaten Takalar, Minggu (25/3/2018)/ IST

TAKALAR, SULSELEKSPRES.COM – Peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat III Angkatan XVIII Lembaga Administrasi Negara (LAN) Republik Indonesia (RI) Antang, Makassar melakukan aksi peduli sosial terhadap sejumlah janda miskin di Kabupaten Takalar, Minggu (25/3/2018).

Diwakili dosen LAN RI Muhammad Yunus dan salah satu peserta diklat Firman Pagarra, serta didampingi Polsek Pallanga Kabupaten Takalar, bantuan dari peserta Diklat LAN RI Antang berupa bahan-bahan makanan, minyak goreng, peralatan dapur, alat salat, sarung, pakaian, dan uang tunai.

Batuan tersebut diserahkan kepada lima orang janda miskin dan satu keluaga tidak mampu, di beberapa wilayah berbeda di Kabupaten Takalar. Tiga diantaranya merupakan warga Kelurahan Pallantikang Kecamatan Pattallassang.

“Apa yang lakukan hari ini adalah wujud kepedulian kami terhadap masyarakat kita yang kurang beruntung. Mudah-mudahan ini bisa mengetuk pintu hati yang lain ataupun pemerintah setempat. Agar kiranya mau ikut membantu meringankan beban mereka. Karena kita lihat kondisinya sangat memperihatinkan,” jelas Yusuf.

Sementara itu, Daeng Basse (80), salah satu janda tua yang hidup seorang diri di rumah panggung tanpa kamar itu mengungkapkan, bantuan yang terimanya hari ini, sangat bernilai. Pasalnya untuk sekedar membeli beras, selama ini ia hanya bergantung dari hasil mengayam karpet.

“Terima kasih banyak nak. Saya bersyukur sekali. Semoga Tuhan membalas kebaikan kalian dengan rezeki yang melimpah,” tutur Daeng Basse, yang saat itu menggunakan bahasa daerah.

Diketahui untuk menyambung hidup, Daeng Basse mengandalkan kemampuannya dalam menganyam karpet. Namun karena usia yang tidak lagi muda, dalam satu minggu ia hanya bisa membuat satu karpet, yang kemudian dijual seharga Rp35 ribu.

Hasil penjualan karpet inilah yang ia gunakan untuk membeli bahan makan, seperti beras. Karena hingga saat ini, ia tidak kunjung beruntung untuk mendapatkan bantuan beras gratis dari pemerintah.

“Saya tidak pernah dapat beras miskin (sekarang dikenal dengan istilah beras sejahtera). Jadi kalau beras harus beli, tapi kadang-kadang juga di kasih sama tetangga. Jadi sekali lagi terima kasih nak,” ucapnya sambil terus tersenyum.

Penulis: Andika