Pilwali Makassar, Akademisi: Parpol Harus Belajar Selaktif

Ilustrasi Pileg 2019/ INT

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Kekalahan pasangan tunggal di Pilkada Kota Makassar, dinilainya sebagai tamparan bagi partai politik (Parpol) karena kurang selektif dalam memilih figur.

Pengamat politik Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Sawedi Muhammad mengatakan, peran partai politik tidak terlalu berpengaruh pagi, apalagi di Pilwalkot Makassar sudah menjadi bukti bahwa kemenangan Kolom Kosong (Koko) adalah kemenangan masyarakat.

Menurutnya, bisa jadi Pilwalkot Makassar 2020 nanti akan diikuti banyak figur baru lagi. “Makassar memiliki banyak figur yang kapabel untuk menjadi walikota periode mendatang,” ungkapnya, saat dihina Sulselekspres.com Senin (9/7/2018).

“Figur itu bisa dari birokrat, politisi, universitas, LSM, media dan bahkan anak-anak generasi milenial. Parpol saya kira harus belajar dari pengalaman pilwakot 2018 yang terkesan kurang selektif memilih calwalkot,” jelasnya.

Sebelumnya, Pengamat Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Firdaus Muhammad, saat dihubungi melalui WhatsAppnya, Sabtu (7/7/2018).

“Tentu saja DP (Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto) mengincar posisi itu, kemudian kader-kader partai juga membidik posisi sebagai calon Walikota Makassar,” kata akademisi UINAM itu.

Menurutnya, untuk kader-kader partai politik, tentunya maju atau tidak tergantung bagaimana prolehan suara saat pemilihan legislatif (Pileg) 2019 mendatang. “Koalisi partai ditentukan hasil pemilu (Pemilihan Umum) 2019,” tambahnya lagi.

Oleh karena itu, kalau misalnya partai pemenang adalah Nasdem dan Golkar maka akan mendorong sejumlah kader potensialnya.

“Cicu (Andi Rachmatika Dewi) Nasdem, Aru (Farouk M. Betta) dan Deng Ical (Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal) Golkar bakal ikut dalam kompetisi itu (Pilkada serentak 2020),” pungkasnya.

Untuk diketahui, partai politik pemenang atau di posisi wakil ketua di DPRD Kota Makassar yakni Partai Demokrat, Gerindra, Nasdem dan Golkar.