“Ini dengan tetap menjalankan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja di lingkungan kerja kami,” paparnya.
Tol Layang AP Pettarani dengan panjang 4,3 km dibangun di atas jalan nasional AP Pettarani tanpa adanya pembebasan lahan. Pembangunan proyek ini terbagi atas 74 span pada Main Line, 9 span pada Ramp On dan 7 span pada Ramp Off dengan jumlah box girder sebanyak 3.044 melibatkan tidak kurang dari 1.000 pekerja pada pekerjaan kontruksi di proyek. Selain itu, kurang lebih 300 orang pada produksi box girder di Pabrik Produk Beton milik WIKA Beton yang berlokasi di KIMA 20 Makassar.
“Kami harap proyek prestisius di wilayah Timur Indonesia ini bisa selesai tepat waktu dengan hasil yang memuaskan. Proyek ini merupakan salah satu bentuk kontribusi WIKA Beton dalam pemerataan pembangunan Indonesia yang lebih maju dan sejahtera, khususnya di wilayah Indonesia Timur,” lanjut Hadian.
Diketahui, sejak April 2018, Manajemen PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) bersama dengan PT Wijaya Karya Beton, Tbk (WIKA Beton) selaku Kontraktor Utama dan Nippon Koei Co., Ltd. dalam operasi bersama PT. Indokoei International dan PT. Cipta Strada selaku Konsultan Supervisi serta PT. Virama Karya selaku Konsultan Pengendali Mutu Independen, fokus pada pembangunan Jalan Tol Layang AP Pettarani ini sebagai salah satu solusi untuk mengurai kepadatan lalu lintas Kota Makassar.
PT MUN yang merupakan bisnis unit strategis dari PT Nusantara Infrastructure Tbk (NI), yang bergerak dalam sektor pengelolaan dan pengembangan jalan tol. MUN melalui anak usahanya PT Bosowa Marga Nusantara (BMN) turut berpartisipasi dalam pengembangan konektivitas daerah Sulawesi Selatan, khususnya Makassar.
PT BMN merupakan operator jalan tol sepanjang 5,95 km yang menghubungkan Pelabuhan Soekarno-Hatta dengan Jalan AP Pettarani (flyover Urip Sumoharjo) di Makassar. Jalan Tol BMN juga terhubung dengan Jalan Tol Seksi IV (JTSE) sepanjang 11,57 km yang membentuk jalur utama dalam Kota Makassar.