MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Kota Makassar kembali memasuki musim penghujan. Di momen-momen seperti ini, ancaman banjir menjadi momok yang cukup mengkhawatirkan masyarakat.
Sejumlah wilayah di Kota Makassar memang kerap menjadi langganan banjir setiap musim hujan tiba. Fenomena ini sontak membuat anghota DPRD kota Makassar, Abdi Asmara, mengusulkan solusi penanganan banjir dalam jangka panjang.
Ketua Komisi C (Bidang Pembangunan) DPRD Kota Makassar tersebut mengusulkan penambahan kolam retensi sebagai solusi dalam mengatasi persoalan banjir di kota Anging Mammiri ini.
Kehadiran kolam retensi tersebut dinilai mampu menyelesaikan persoalan konektifitas buangan air yang masih banyak ditemukan pada sejumlah perumahan di Kota Makassar.
“Pengembang perumahan ini kadang mereka kalau bangun, biasanya tidak ada jalur airnya ke luar. Jadi air di situ saja. Ini banyak terjadi, apalagi kompleks perumahan yang strukturnya ditutupi beton, jadi tidak bisa menyetap air. Ini yang perlu dicarikan jalan lewat kolam retensi,” ujarnya, Rabu (16/12/2020).
Lebih lanjut legislator dari fraksi partai Demokrat tersebut mengatakan, tidak mudah merealisasikan pengadaan kolam retensi di kota Makassar. Sebab, keberadaan lahan yang jadi persoalan pokoknya.
Pasalnya, kolam retensi tersebut diperkirakan membutuhkan lahan yang cukup luas, agar serapan bisa berjalan dengan efektif.
“Jangan sampai kolam dibuat justru tidak berjalan sesuai fungsinya,” jelasnya.
“Yang terjadi adalah mampu tidak kolam regulasi ini menampung, contoh misalnya di wilayah Urip Simoharjo di depan kantor Gubernur, kan sudah ada sebenarnya kolam di situ yang dibangun, tetapi karena debit air yang lebih besar dari pada penampungnya, sehingga terjadi genangan dan banjir,” lanjutnya.
Salah satu wilayah yang paling memungkinkan untuk dijadikan kolam retensi, adalah wilayah Tamalanrea dan Biringkanaya.
Kolam itu sendiri berfungsi sebagai buangan air untuk mengatasi banjir di musim hujan, juga mengatasi persoalan kekurangan air pada saat musim kemarau tiba.
“Butuh penambahan di wilayah tertentu, di Biringkanaya dan Tamalanrea itu masih bisa. Karena kalau daerah pusat pasti susah lahan, perlu ada kolam dan danau untuk penampungan air,” tutupnya.