SULSELEKSPRES.COM – Kerumunan mahasiswa dengan seragam serba putih, mengisi sudut- sudut ruang dan waktu. Cerita- cerita khas yang diselingi tawa renyah, sambil memegang lembaran- lembaran buku, mewarnai kampus STKIP Mega Rezky Makassar.
Dari hiruk pikuk di koridor kampus, Di sebuah ruangan yang cukup tenang, duduklah Ketua STKIP Mega Rezky Makassar, Dr. Abdul Malik Iskandar, S. Ag, M.Si. Dengan setumpuk buku dan laptop yang memenuhi mejanya, ia nampak sibuk, namun tetap ramah menyapa.
Meski bisa dibilang kursi yang didudukinya saat itu cukup nyaman, namun siapa sangka, proses panjang jatuh bangun dibaliknya.
“Jangankan sekolah tinggi- tinggi, untuk menginjakkan kaki di kota saja, itu saya anggap hal yang sangat luar biasa,” ujar lelaki kelahiran Kampiri (Soppeng) ini.
Hal itu lantaran, saat menyelesaikan studi di jenjang SMA, dia nyaris tak bisa mengambil ijazah, karena adanya persyaratan membayar saat itu. Berbekal kemampuan seadanya, Malik yang juga Ketua OSIS, mengakrabkan diri dengan dunia kerja yang belum seharusnya dipikul dengan usia demikian.
Sebuah kaos disulap menjadi seperti topeng, dan menyamarkan sara agar tidak dikenali teman- teman atau gurunya, dilakukan dengan telaten. Adalah becak dan beban- beban belanjaan di pasar yang menjadi targetnya.
“Saya menarik becak, dan memikul barang apa saja, untuk mengumpulkan uang ijazah itu,” ujar ayah dari dua anak itu.
Begitu uang terkumpul, ternyata kecintaannya pada dunia pendidikan begitu tinggi. Dalam pengangguran tiga tahun, ia bekerja dan mengumpulkan pundi- pundi untuk bisa melanjutkan studi di jenjang strata satu. Di sebuah percetakan dan penjilidan, ia berusaha menyambung hidup, setidaknya ia tak perlu membayar untuk makan dan tempat tinggal.
Kesabaran itupun mulai membuahkan hasil, saat dinyatakan lulus di jurusan Bahasa Inggris di IAIN (UIN). Namun, kuliah juga tidak mudah. Ia masih harus ditempat oleh keterbatasan finansial. Tak ada uang untuk menyewa indekos, maka ia harus tinggal di Masjid Nurul Mujtahida Tamale, Makassar. Lalu, sesekali berjalan kaki menuju kampus di Jalan Alauddin sekitar 3 hingga 4 KM. Jika beruntung, dia bisa menggunakan sepeda milik Masjid.
Semua itu ia jalani dengan sabar dan semangat, serta keyakinan, pada doa- doa dan juga usaha terbaik yang ia jalankan.
Hingga ia mampu membuktikan dengan menamatkan jenjang S1. Keluarganyapun datang dengan penuh keceriaan dan kebanggan sekaligus.
“Keluarga sayapun turut tingal di Masjid, bahkan hingga sykuranpun di Masjid,” kenangnya.
Meyakini pendidikan bisa menjadi salah satu jalan untuk merubah kehidupan, maka ia mengajar di lembaga kursus Bahasa Inggris, sambil terus mencoba beasiswa. Dan lulus di Unhas pada 2010 dengan jurusan Komunikasi Pendidikan. Meski sudah berhasil menggenggam ijazah S2, ia kemudian melanjutkan berburu beasisawa, dan lulus di Sosiologi UNM, serta mengambil short course di Northen University Amerika pada 2012, yang merupakan beasiswa Sandwich kerjasama UNM.
“Saya memang suka tantangan, sehingga dalam hidup memang terus berusaha yang terbaik,” tandasnya.
Hingga saat ini, dia tidak melupakan hal- hal yang menyokong jalan perjuangannya. Sesekali, ia masih mendatangi Masjid perjuangan masa kuliahnya itu, untuk salat atu berceramah.
NAMA : Dr. Abdul Malik Iskandar, S. Ag, M.Si
Tempat Lahir: Kampiri (Soppeng)
Tanggal Lahir: 14 Oktober 1969
Jabatan: Ketua STKIP Mega Rezky
Istri: Andi Ida Ivianty S, S.Pdi
Anak: Moh Fiqian Fiqih Malik
MohFadra Fauzan Mali
Pendidikan
S1: Tadris Inggris IAIN Alauddin 1996
S2: Ilmu Komunikasi Unhas 2009
S3: Sosiologi UNM, 2015
Short Course: Northen University, USA, 2012