Redam TBC, Mahasiswi Tim Garuda45 Kembangkan TB DeCare

Dewi Aisyah, seorang mahasiswi Indonesia yang tengah mengambil gelar doktoral di London dalam bidang epidemiologi penyakit menular/ IST

LONDON, SULSEKSPRES.COM – Dewi Aisyah, seorang mahasiswi Indonesia yang tengah mengambil gelar doktoral
di London dalam bidang epidemiologi penyakit menular, bersama rekan-rekan mahasiswa lain siap meluncurkan alat pemeriksa kasus TBC yang dinamakan TB DeCare.

Tim mahasiswa Indonesia yang ingin ‘selamatkan sekitar 1,6 juta pengidap TBC di Indonesia dengan TB Decare

Alat untuk memeriksa dahak penderita TBC-yang membawa tim yang mereka namakan Garuda45 mendapatkan penghargaan lmagine Cup Student Competition oleh Microsoft -segera dapat digunakan dan dimulai di Surabaya, Jawa Timur dengan dukungan pemerintah kota.

Menurut catatan badan kesehatan dunia WHO, TBC masih merupakan penyakit menular mematikan terbesar di dunia dan kasus di Indonesia tertinggi kedua, setelah India dan kasus tertinggi lain di Cina, Nigeria dan Pakistan.

Data WHO menunjukkan kematian sebesar 1,5 juta akibat TBC pada 2014 dan mencatat sekitar 43 juta orang dapat diselamatkan antara 2010 dan 2014 berkat diagnosa yang tepat dan perawatan sampai selesai.

Total jumlah kasus TBC di Indonesia sendiri sekitar 1,6 juta, menurut survei terakhir.

Inilah yang menjadi sasaran Dewi dan tim Garuda45, agar kasus TBC di Indonesia dapat diredam.

“Selama puluhan tahun pemeriksaan dahak yang banyak digunakan di dunia, termasuk di Indonesia, menggunakan alat yang kurang sensitif dengan kepekaan kurang dari 60%,” kata Dewi dikutip dari sosial media Instagram seputarkuliah.

Garuda45 mengembangkan TB DeCare dengan menggunakan analisa gambar dahak dengan tujuan melakukan pemeriksaan yang lebih akurat dengan tingkat kepekaan sekitar 95%.

“Indonesia, menggunakan alat yang Kurang Sensitif dengan kepekaan kurang dari 60%,” kata Dewi.

Maka dari itu Dewi dan Tim Garuda45 mengembangkan TB Decare dengan menggunakan analisa gambar dahak bertujuan agar melakukan pemeriksaan yang lebih akurat.

“Untuk meningkatkan efektivitas teknologi ini, kami juga mengembangkan mikroskop yang mudah dibawa untuk menganalisa dahak. Mikrosop ini akan dikaitkan dengan telpon genggam, yang berfungsi untuk memperbesar gambar dahak yang diteliti.

“Saya ingin saat S3 ini, saya dapat menghasillkan sesuatu yang bermanfaat untuk bangsa Indonesia, khususnya di bidang kesehatan,”tambah Dewi.

Mahasiswa lain dalam tim Garuda45 yang juga tengah melanjutkan studi di Inggris, termasuk Ahmad Ataka dan Vani Wiryawan untuk bidang robotika dan Ali Akbar untuk bidang artificial intelligence.