MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Tidak semua para teroris menjadi eksekutor bom bunuh diri di lapangan. Teroris, diduga ada juga yang bekerja di media sosial.
Hal ini diungkapkan Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Dicky Sondani pada Jumat (18/5/2018).
Dalam pernyataannya, Dicky memaparkan lima ciri yang menggambarkan aktivitas teroris di media sosial, yakni:
Yang pertama adalah, menyebut Jika Aksi Teror Merupakan Rekayasa.
Teroris dalam akun media sosialnya mengatakan, kejadian terorisme yang menelan banyak korban disebut sebagai settingan, drama, atau rekayasa. Ini menurut Dicky, dilakukan agar masyarakat tidak bersimpati terhadap hilangnya nyawa korban.
Kedua, mengalihkan Perhatian Masyarakat
Dicky menerangkan, saat pemberitaan fokus terhadap aksi terorisme, teroris satu ini, kerap mengalihfokuskan berita korban jiwa akibat terorisme, dan menggantikannya dengan berita lain yang tak ada satupun sangkut pautnya.
“Tujuannya agar masyarakat lupa dengan kekejaman teroris,” Dicky menambahkan.
Lebih lanjut, kata Dicky, hal yang ketiga adalah, berperan Sebagi Psikopat.
Jika terjadi serangan teroris, dalam akun media sosialnya, teroris menggunakan kata-kata melecehkan dalam menggambarkan keadaan korban. Hal Ini, kata Dicky, memang sesuai tabiat para teroris yaitu senang bila melihat korbannya tersiksa.
Keempat, kerap Menyalahkan Aparat Hukum Saat Terjadi Tindakan Terorisme.
Jika masyarakat memercayai hal demikian, menurut Dicky, hal tersebut sangat salah, padahal, kata Dicky, aparat hukum adalah garda terdepan membendung tindakan teroris.
“Tapi oleh para teroris medsos keadaannya diputarbalik. Teroris pengebom bunuh diri dianggap korban konspirasi, sedangkan aparatlah yang menjadi sutradara terorismenya,” sesalnya.
Terakhir, Suka Mencaci Rezim Dengan Konotasi Agama.
Bagaimana itu? menurut Dicky, misal pemerintah dituduh anti islam, thoghut, musuh Allah, pelaku bid’ah, penegak sistem kufur, dan sebagainya.
Ini bertujuan, agar bangkitnya aroma kebencian rakyat dengan pemerintah; “Padahal akar terorisme adalah kebencian. Ingat, teroris hanya mau membunuh sesuatu yang dibencinya,” tegas Dicky.
Sebetulnya, ciri lain masih ada, namun untuk sementara, kata Dicky lima ini sudah cukup untuk mengenal teroris yang bekerja di Medsos.
Penulis: Agus Mawan