28 C
Makassar
Monday, December 8, 2025
HomeHeadlineCerita Sedih Nenek Nurjannah Selamatkan Cucu Ditengah Kepungan Banjir

Cerita Sedih Nenek Nurjannah Selamatkan Cucu Ditengah Kepungan Banjir

- Advertisement -

GOWA, SULSELEKSPRES.COM – Ditengah bencana banjir di Sulsel, salahsatu foto dimana seorang perempuan tua menggendong cucunya sambil berpegangan dipohon menjadi viral.

Belakangan diketahui kalau perempuan tersebut bernama Nurjanna Jalil (50). Sedangkan bocah yang berada digendongan adalah cucunya, Wali Muhammad Nur yang masih berusia 2 tahun.

Ada cerita sedih dibalik foto tersebut. Bagaimana detik-detik Nurjannah berjuang menyelamatkan nyawa sang cucu dan dirinya sendiri.

Baca: Pahlawan itu Bernama Nurjannah Jalil

Hari itu, Ardi (32) tengah bekerja. Sang Mertua, Nurjannah Jalil sedang berada di Rumahnya, Perumahan Zikma Royal Park, Pangkabinanga, Kabupaten Gowa.

“Iya, dia di rumah waktu itu,” kata Ardi, saat dihubungi. Kamis (24/1/2019).

Di rumah itu, Nurjannah tinggal bersama putra Ardi, anak berusia 2 tahun, Wali Muhammad Nur.

Detik-detik sebelum banjir bandang menghantam Gowa, Nurjannah sempat mengabari Ardi melalui pesan suara di Whatsapp.

Baca: Korban Tewas Longsor Manuju Gowa Ditemukan Dalam Keadaan Pelukan

“Dia berkabar, di sana lagi hujan deras, angin kencang, dan sudah banjir. Tapi dia bilang bukan banjir biasa ini karena hitungan detik, tidak sampai beberapa menit sudah sampai lutut,” kata Ardi.

Mendengar itu, Ardi lalu mengarahkan Mertuanya tuk menyelamatkan diri. Ipar, putranya dan Nurjannah pun beranjak.

“Saya suruh bawa hapenya, terus nanti foto biar ditahu nanti dimana, karena hari itu sudah seperti lautan,” ujar Ardi.

Baca: 36 Orang Korban Banjir dan Longsor Belum Ditemukan

“Saya suruh pegang pohon supaya tidak terbawa arus.” tambahnya.

Di pohon itu, Nurjannah memeluk erat cucunya. Kedua tangannya mencengkram tubuh pohon, saat arus banjir tengah deras-derasnya. Momen itu terabadikan melalui sebuah foto.

“Dia bersandarmi di pohon, terus difoto sama Ipar yang ikut waktu itu, terus dia kirim ke saya,” sela Ardi.

Lewat foto itu, Wali nampak takut dan menangis. Di pelukan Neneknya, air matanya menyentuh pipi Nurjannah yang juga tengah menangis.

Baca: 6 Aksi Nyentrik Kapolda Sulsel Umar Septono

Genangan air sudah setinggi leher Nurjannah saat momen itu membeku di bingkai foto. Isak tangis si Wali dan Nurjannah memecah suara hujan kala itu.

“Sekitar dua jam, dia pegang itu pohon,” ingat Wali.

Setelah bertahan sekian waktu, cengkraman Nurjannah terlepas. Pohon yang tadinya ia cengkram, perlahan, sudah jauh dari penglihatan Nurjannah. Ia hanyut terbawa arus bersama cucu pertamanya.

Di arus banjir, Nurjannah tetap memeluk Wali. Memastikan nyawa cucunya tak direnggut banjir. Pada suasana genting, Nurjannah tetap menyemai kasihnya terhadap Wali; Nurjannah amat sayang Wali.

Sekira tiga jam, Nurjannah dan Wali terkatung-katung. Saat evakuasi mulai diupayakan, Nurjannah dan putra Ardi belum ditemukan, di Puskesmas hingga Rumah Sakit.

Tak lama, di sebuah tower jaringan telekomunikasi, cukup jauh dari rumah Nurjannah. Tubuh Mertua Ardi dan Wali ditemukan oleh warga setempat.

“Alhamdulillah selamat, terus dibawa pulang ke rumah, istirahat, dan segala macam,” syukur Ardi.

Hari mulai gelap, tanda bahwa malam akan dimulai. Gelap dan trauma melanda seisi rumah. Nurjannah dan Wali terbaring, semakin lelap hingga tertidur pulas.

Sore itu adalah hari terberat yang mesti ditanggung Nurjannah dan Wali.

“Sekarang Wali masih flu berat karena terendam air dingin,” ujar Ardi.

Nurjannah Pergi

Esok harinya, Rabu (23/1/2019), Nurjannah dan Wali sudah pulih, walau masih dibayangi trauma.

“Kita cerita-cerita, seperti biasa, sama anak-anak semua,” kata Ardi.

Sore hari, perbincangan itu kian mengalir, seperti biasa. Tak ada yang mengira, sang Pahlawan bakal pergi meninggalkan dunia. Meninggalkan Wali yang ia gendong saat terbawa arus.

“Tiba-tiba, bilangi “kayak gelap penglihatanku,” begitu ucapan terakhir Nurjannah kata Ardi sebelum Mertuanya mangkat.

Namun, saat mata Nurjannah mulai tertutup, nafas ibunya masih terdengar. Tak menunggu lama, Ardi memboyong ibu mertuanya ke RSUD Syekh Yusuf Gowa.

Di tengah perjalanan, Istri Ardi yang seorang dokter, melakukan Resusitasi Jantung Paru (CPR), berharap nyawa ibu masih dapat tertolong.

“Sampai di Rumah Sakit, kita dondoro’ [tegur] perawat,” Ardi mengisahkan.

Apa boleh buat, nyawa Nurjannah tak dapat ditolong lagi. Nurjannah akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Namun, penyebab kematian Nurjannah belum diketahui. Ardi mengaku, tak mendapatkan surat keterangan diagnosa dari rumah sakit.

“Nah, itu kita tidak tahu penyebab kematiannya, karena itu hari kita minta diagnosanya, tidak ada,” sebut Ardi.

Mengenai itu, Kepala Instalasi Gawat Darurat (IRD) RSUD Syekh Yusuf Gowa, Badollahi mengklaim, Nurjannah meninggal saat diperjalanan (DOA).

“Jadi dalam surat kematian, kita cuma kasih keterangan DOA,” ujarnya kepada sulselekspres.com saat dihubungi.

Menurut dia, langkah pen-diagnosa akan ditempuh bila pasien sempat diberikan perawatan dan saat itu pula dilakukan pemeriksaan.

“Tapi yang itu [Nurjannah] DOA,” akunya.

Sementara itu, sekira pukul 11.00 Wita, jenazah Nurjannah tela dikebumikan di pusaranya, di kampung halamannya, Desa Keppe, Kecamatan Larompong, Palopo.

“Alhamdulillah tadi sudah dikubur, sebelum [waktu] Salat Duhur,” ucap Ardi.

23 Januari 2019, terpahat di nisan Nurjannah Jalil, sang Pahlawan bagi Wali.

Penulis: Agus Mawan

spot_img

Headline

spot_img
spot_img