Anak Rentan Diperdaya Predator Seks Lewat Dunia Maya

Ilustrasi konten pornografi/ INT

SULSELEKSPRES.COM – Semakin banyak pelaku kekerasan seksual, terutama predator anak, menggunakan sarana online streaming untuk mempedaya dan mengekspoitasi para korbannya. Hal itu dikemukakan lembaga penanganan kriminalitas Inggris (National Crime Agency).

Mereka mengatakan, anak-anak perlu dididik mengenai risiko yang terkait dengan situs-situs streaming, karena para predator mempelajari bagaimana anak-anak belia itu berkomunikasi secara daring dan ‘menggunakan pengetahuan ini untuk menyalahgunakannya.’

Dalam sepekan saja, seperti dilansir BBC Indonesia, dikatakan bahwa pihak berwenang Inggris berhasil mengidentifikasi 345 anak yang rentan diperdaya menjadi korban dan menangkap 192 pelaku kekerasan seksual.
Sebanyak 30% dari para pelaku menggunakan sarana streaming, melakukan pemerasan dan merayu para korbannya.

Keamanan di dunia maya

Berbagai saluran media sosial seperti YouTube, Facebook, Instagram dan Snapchat menyediakan berbagai bentuk live streaming. Banyak juga layanan live streaming murni, seperti Periscope, Omegle, Liveme dan Lively.

Polisi mengatakan pelaku kekerasan terus mengembangkan kemampuannya memanfaatkan sarana live streaming yang ditawarkan berbagai media sosial. Mereka menyasar anak-anak dengan beragam tipu daya dan permainan yang memanipulasi korban untuk berfoto bugil atau melakukan perbuatan seksual.

Polisi menyerukan para orang tua dan perusahaan-perusahaan internet untuk membantu mengatasi bahaya yang mengancam anak-anak secara daring.
Kepala bagian Perlindungan Anak dari Kepolisian Inggris, Simon Bailey mengatakan: “Para orang tua dan pengasuh perlu berbicara kepada anak-anak mereka tentang bagaimana menjaga hubungan yang sehat dan tetap aman selama berinteraksi di dunia maya.”

“Perusahaan internet juga harus membantu menghentikan akses terhadap gambar-gambar serta video pelecehan seksual dan mencegah terjadinya penyalahgunaan secara seksual di platform mereka.”

Survei NCA membeberkan temuan mereka pada bulan lalu, sekitar 84% dari 927 responden mengatakan mereka waspada terhadap potensi bahaya yang dihadapi anak-anak mereka di dunia maya, sementara lebih dari 30% responden menyebut tidak memberitahu anak-anak mereka tentang keamanan di dunia maya.
Hampir 58% responden tidak yakin apakah mereka memiliki keamanan online yang memadai.

Berbicara secara terbuka

Dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran di kalangan anak-anak, sebuah film animasi pendek -yang menampilkan seorang pelaku fiktif yang disebut Sam- sedang diluncurkan oleh Pusat Eksploitasi Anak dan Pusat Perlindungan Anak NCA (Ceop).

Dirilis sambil menyertakan tagar #WhoIsSam, film pendek tersebut memperlihatkan kepada anak-anak dan kalangan remaja bagaimana sang pelaku berusaha membangun hubungan virtual eksploitatif.