MAKASSAR, BERITAONLINE.ID – Kerja keras mengepung Makassar dalam waktu 1×24 jam bukan perkara ringan. Apalagi di tengah hegemoni kepentingan penguasa yang begitu dominan. Tapi, tim Deng Ical-Ije (DIAji) membuktikan mampu membuat kejutan.
Betapa tidak, Wakil Wali Kota Makassar, Syamsu Rizal MI (Deng Ical) yang selama ini selalu diisukan tidak maju di Pilkada Kota Makassar justru mampu membuat lompatan. Bahkan, kehadirannya bersama anggota DPRD Kota Makassar dari PKS, Iqbal Djalil yang juga tidak diprediksi sebelumnya justru mampu menghentak dan membangun wacana baru.
Hal ini menjadi indikasi kuat, DIAji punya potensi jaringan di Kota Makassar yang tak boleh dipandang remeh. Karena, apa yang dipertontonkan DIAji dalam seminggu belakangan hanya bisa dilakukan bagi mereka yang punya modal tim yang solid dan kuat. Ibaratnya, sekali tekan tombol, potensi yang dimiliki bisa bergerak secara simultan.
Meski demikian, tim DIAji tak ingin menepuk dada. Buktinya, Tim DIA ji, Mochsamin yang dikonfirmasi justru menyampaikan terima kasih kepada seluruh tim relawan DIAji yang telah bekerja keras.
“Terima kasih atas kerja keras semua tim relawan DIAji. Saya tentu tak bisa menyebut satu per satu, karena sulit bagi saya untuk mengingat semua yang telah berkontribusi secara sukarela, spontan, dan simultan,” kata pria yang akrab disapa Jenderal di kalangan tim DIAji ini.
Menurut Samin panggilan akrab Mochsamin, sosialisasi ruang publik melalui baliho, spanduk, dan atribut lainnya, adalah tradisi yang mulai muncul sejak era demokrasi melalui pemilihan langsung. Artinya, sosialisasi melalui baliho ini merupakan sarana berdemokrasi.
“Karena itu, jika teman-teman relawan menemukan, hasil kerja kerasnya dirusak oknum yang tidak dikenal, tidak bertanggung jawab, maka tidak perlu terprovokasi. Hanya orang-orang yang tidak siap berdemokrasi yang berlaku demikian,” tegasnya.
Indikator lain, kata dia, munculnya DIAji tentu membuat ada pihak-pihak yang terganggu. Sebab, boleh dikata, hasil kerja ini menunjukkan ke publik betapa potensi DIAji menjadi ancaman besar bagi mereka yang ingin mempertahankan kekuasaannya, meski tidak legitimate di masyarakat Makassar.