MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Kajian rutin Bank Indonesia(BI) yang terbit setiap triwulan, yakni Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulsel Periode Mei 2018, merilis beberapa ringkasan.
Salah satunya menyebutkan bahwa, perekonomian Sulsel kuartal pertama 2018 tumbuh 7,41% Year on Year (yoy), lebih tinggi dibandingkan Nasional 5,06% (yoy).
“Semua komponen pada sisi pengeluaran menunjukkan perbaikan, antara lain ekspektasi konsumen yang tetap kuat, mulai berlangsungnya tahapan pilkada, terus berlangsungnya pembangunan infrastruktur, dan meningkatnya aktivitas perdagangan luar negeri,” ujar Ujar analis senir BI Rahmad Hadi Nugroho melalui rilis resminya.
Lebih lanjut, secara lapangan usaha, penyelenggaraan pilkada di 13 daerah memberi andil untuk beberapa industri menengah kecil, sementara untuk lapangan usaha utama cenderung mengikuti pola awal tahun.
“Pada triwulan laporan, kegiatan intermediasi perbankan secara umum dalam kondisi baik, didukung dengan transaksi non-tunai maupun tunai yang mampu mendukung aktivitas transaksi korporasi maupun rumah tangga,” tulisnya.
Dengan perkembangan tersebut dan potensi ke depan yang semakin membaik, keseluruhan 2018 diperkirakan masih akan tumbuh dalam kisaran 7,0 – 7,4% dengan kecenderungan mendekati batas atas. Hal ini didukung dengan pembayaran gaji ke-13 dan 14 bagi pegawai negeri sipil, daya dorong serapan belanja APBD maupun APBN di Sulsel yang lebih tinggi, serta potensi peningkatan signifikan pengiriman hasil pertanian maupun produk industri.
Sejalan dengan itu, kondisi inflasi, stabilitas keuangan daerah, dan sistem pembayaran tahun 2018 tetap terjaga dan dapat mendukung aktivitas ekonomi.
Selain itu, daya dorong APBD Provinsi Sulsel terhadap perekonomian pada triwulan I 2018 cenderung lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi belanja APBD Provinsi Sulsel pada triwulan I 2018 tercatat mencapai Rp780,2 miliar atau 8,1% dari pagu anggaran sebesar Rp9,62 triliun, lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2017 yang mencapai 7,8%. Sebagian besar penyerapan anggaran direalisasikan untuk belanja operasional (pangsa 79,7%) dan belanja transfer (pangsa 19,8%), sementara untuk realisasi belanja modal mencapai Rp3,27 triliun (pangsa 0,4%).