MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Danau Tempe merupakan salah satu destinasi wisata di Sulawesi Selatan. Selain keindahan panoramanya, danau ini juga dikenal dengan produktivitas ikan lokalnya.
Menariknya lagi, Danau terbesar di Pulau Sulawesi itu letaknya diapit oleh tiga wilayah, yaitu Kabupaten Wajo, Kabupaten Soppeng, dan Kabupaten Sidrap.
Tetapi saat ini, ekosistem Danau Tempe mulai terancam dengan kehadiran ikan Sapu-Sapu. Ekosistem perairan di Danau tersebut mulai terganggu, begitu juga dengan perkembangbiakan ikan-ikan lokal.
Ancaman ikan Sapu-Sapu ini mulai ramai diperbincangkan, bahkan sampai ke ranah pendidikan. Hal ini dibuktikan dengan digelarnya Seminar Nasional yang dilaksanakan oleh Prodi Budidaya Perairan Unibos, Rabu (22/7/2020).
Dalam seminar online tersebut, ketua Prodi Budidaya Perairan Unibos, Erni Indrawati, menerangkan bahaya ancaman ikan Sapu-sapu terhadap ekosistem perairan di Danau Tempe.
Pertumbuhan jumlah ikan Sapu-Sapu di Danau tempe memang semakin melonjak. Perkembangannya singkat. Jangka hidupnya panjang. Juga ganas dalam memangsa ikan lain. Sehingga potensi kerusakan ekosistem air di Danau Tempe sangat besar.
Menurut keterangan Kasi Pengawasan dan Pengendalian BKIPM Makassar, Mohammad Zamrud, mengatakan potensi kerusakan ekosistem air dan kepunahan ikan lokal di Danau Tempe sangat besar dengan kehadiran ikan Sapu-Sapu.
BACA:Â Fahsar Minta Pemerintah Pusat Revitalisasi Danau Tempe-Sungai Walanae
Ikan yang berasal dari beberapa negara di Amerika Latin tersebut merupakan ikan invasif yang sifatnya predator, sehingga akan terus memangsa spesies endemik atau spesies lokal di perairan tersebut.
Selama dua tahun belakangan ini, Zamrud mengaku pihaknya sudah melakukan monitoring terhadap ikan invasif, salah satunya adalah ikan Sapu-Sapu. Hasilnya, jumlah produksi ikan lokal menurun drastis.
“Signifikan sekali penurunannya. Karena ikan Sapu-Sapu ini sifatnya pemangsa dan perkembangbiakannya cepat. Satu induk itu banyak sekali telurnya. Usia satu bulan itu sudah bisa memangsa. Sementara hidupnya bisa sampai lima bulan,” ujar Zamrud kepada Sulselekspres.com.
“Dulu di Danau Tempe itu ada ikan-ikan lokal yang cuma hidup di situ saja. Tapi sekarang sudah tidak ada. Punah, setelah ikan Sapu-Sapu masuk,” lanjutnya, Rabu (22/7/2020) petang.
Selain bersifat kanibal, ikan Sapu-Sapu juga dikenal hidup di perairan dalam. Ia memiliki kandungan zat logam yang sangat tinggi, sehingga perairan yang dihuni ikan Sapu-Sapu cenderung tercemar.
“Ikan Sapu-Sapu juga hidup di perairan dalam. Dia jadi indikator pencemaran perairan juga. Cemaran-cemaran logam berat di perairan itu muncul dari ikan Sapu-Sapu. Jadi kalau ada perairan yang cemarannya tinggi, lihat saja, banyak tidak ikan Sapu-sapunya. Apalagi air tawar,” jelas Zamrud.
Sejauh ini, selain melakukan monitoring, BKIPM kota Makassar juga melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar Danau Tempe, terkait bahaya ikan Sapu-Sapu. Bahkan, ikan Sapu-Sapu juga berbahaya jika dikonsumsi dalam waktu yang lama.
Sehingga, menurut Zamrud, diperlukan petugas yang intens melakukan pengawasan di lokasi tersebut, terkait perkembangan dan pemusnahan ikan Sapu-Sapu.
“Untuk mengatasi penurunan produktivitas ikan lokal, kita lakukan sosialisasi da edukasi kepada masyarakat lokal. Selain itu, seharusya ada yang monitoring kumpulan ikan Sapu-Sapu.”
“Tindakan seperti pemusnahan itu perlu, karena perkembangannya cepat sekali. Ini bukan haya untuk ekosistem, tetapi juga untuk masyarakat, bahwa ikan Sapu-Sapu tidak direkomendasikan untuk dikonsumsi. Sebab kandungan logamnya berbahaya kalau dikonsumsi dalam waktu lama,” tutupnya.