PAREPARE, SULSELEKSPRES.COM – Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Cabang Kota Parepare, Sulawesi Selatan (Sulsel), dalam waktu dekat ini akan memproduksi film yang akan mengusung tema budaya dan pariwisata Kota Parepare.
Hal ini terungkap saat sejumlah pengurus PARFI Cabang Parepare, melakukan audience dengan Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Kota Parepare, Amarun Agung Hamka.
Film produksi perdana PARFI Cabang Kota Parepare yang bekerja sama dengan komunitas Parepare Indie ini, akan mendaulat Sahran Himamaru sebagai sutradara yang akan banyak menyorot tema tradisi budaya khususnya di Bacukiki.
Sahran mengatakan, dalam film ini nanati akan tergambar jelas bagaimana masyarakat Bacukiki tetap mempertahankan tradisi budaya mereka yang menjadi identitas aslinya di tengah pesatnya era modernisasi sekarang ini.
“Jadi dalam film ini nantinya akan kami gambarkan kisah drama romansa, dan juga fokus cerita mengarah pada nilai pelestarian tradisi dan budaya, dimana karakter pemeran perempuan bernama Cenning di film ini, sangat mewakili watak perempuan Bugis yang menjunjung tinggi harga dirinya sebagai perempuan Bugis seutuhnya,” ungkap Sahran, yang juga pernah menyutradarai pagelaran teater kolosal pembatain pasukan Westerling di Parepare ini, Kamis (30/09/2021).
Sahran menjelaskan, yang akan terlibat pada penggarapan film ini, semuanya berasal dari Parepare, mulai dari penulis naskah, sutradara, aktor maupun aktris, serta crew kameramen, editor, audio, dan penggarapan soundtracknya nanti.
Sementara, Abdillah.MS, penulis script atau naskah serta ide cerita film bergendre drama tentang Bacukiki ini mengungkapkan, film ini akan banyak mengeksplorasi tentang wilayah Bacukiki, yang juga mengandung pesan-pesan moral bermuatan kearifan lokal. Misalnya, kata dia, tentang budaya siri, dan petuah-petuah orang-orang Bugis terdahulu akan tertuang pada dialog-dialog di film ini.
“Pemilihan tema Bacukiki dalam film ini, tidak serta merta muncul begitu saja, akan tetapi tetap diawali dengan tahapan riset dan pelibatan beberapa penduduk asli Bacukiki dalam memberikan saran tentang gambaran Bacukiki masa lalu dan sekarang,” jelas Abdi sapaan akrabnya.
Lebih lanjut dikatakan, pada film ini juga mengangkat budaya ‘Siri na Pesse’ dari perspektif perempuan. Siri berarti rasa malu atau harga diri, sedangkan Pesse yang berarti pedas atau keras, kokoh pendirian. Jadi Pesse berarti semacam kecerdasan emosional dalam mempertahankan kebenaran.
“Bagi perempuan Bugis “Siri na Pesse” merupakan kehormatan, harga diri serta martabat bagi dirinya dan juga keluarga. Sementara cinta bagi perempuan Bugis ialah harus mencintai harga diri, menjaga martabat dan kehormatannya,” jelasnya.
Sementara, Kadisporapar Parepare, Amarun Agung Hamka mengungkapkan, sangat menyambut baik rencana penggarapan film ini, apalagi temanya juga mengambil gambar beberapa icon kota serta objek wisata yang ada di Kota Parepare.
“Jadi perlu saya sampaikan bahwa fokus kami di Disporapar Parepare saat ini, memang sedang mengusung pelestarian nilai-nilai tradisi budaya yang bisa menunjang sektor pariwisata yang ada di sini,” kata Hamka.
Dirinya berharap, meski pun hal ini adalah rencana produksi perdana dari PARFI Cabang Parepare, akan tetapi diharapkan dapat berjalan lancar dan maksimal, yang tentunya akan juga bisa mengangkat nama Kota Parepare ke depan.
“Tentu kami juga mensupport baik moril mau pun bentuk pelibatan lainnya,” tandasnya.