SULSELEKSPRES.COM – Risiko penyakit kronis umumnya dipengaruhi oleh genetik turunan dalam keluarga dan lingkungan sekitar. Namun khusus pada remaja, faktor risiko utamanya adalah gaya hidup buruk seperti merokok, kebiasaan makan tidak sehat, dan kurang gerak, beber dr. Theresia Sandra Diah Ratih, MHA, Kepala Sub Direktorat Penyakit Paru Kronik dan Gangguan Imunologi, Direktorat Penyakit Tidak Menular, Direktorat, Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan RI, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (14/82018), dilansir dari hellosehat.com.
Berdasarkan data Riskesdas 2013, perokok anak usia 15 tahun ke atas sebesar 36.6 persen. Pada 2016, angka ini meningkat hingga 54 persen dari sekitar 65 juta remaja di Indonesia. Merokok dan kurang gerak dapat meningkatkan risiko pembekuan darah yang dapat menghambat aliran darah ke jantung. Pola makan buruk (tinggi kalori, lemak, kolesterol, gula, dan garam) dapat memicu penumpukan plak dalam pembuluh.
Semua elemen dari gaya tidak hidup sehat ini sama-sama mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan mengeras, sebuah kondisi yang disebut sebagai aterosklerosis, yang membuat jantung harus bekerja ekstra keras untuk memompa darah. Lama-lama tekanan darah akan naik terus hingga berisiko hipertensi.
Gaya hidup tidak sehat juga dapat mengacaukan produksi hormon dan enzim tubuh, termasuk produksi insulin. Padahal, insulin berperan penting untuk mengatur gula darah dan tekanan darah. Peningkatan kadar gula darah yang tidak terkendali dapat memicu gejala diabetes sekaligus menyebabkan kerusakan pembuluh darah kapiler. Kerusakan kapiler bisa mengganggu kerja ginjal untuk mengatur tekanan darah, yang mana akan meningkatkan risiko seseorang terkena hipertensi.
Diabetes dan hipertensi adalah “orang tua” dari berbagai kemunculan penyakit kronis lainnya, seperti penyakit jantung dan stroke. Gaya hidup tidak sehat menyumbang hingga 80 persen dari penyebab kemunculan penyakit kronis di usia muda.






