SULSELEKSPRES.COM – Produksi minyak Alaska telah menyusut dalam tiga dekade terakhir. Negara bagian saat ini memproduksi sekitar 500.000 barel minyak mentah per hari, turun dari lebih dari 2 juta barel per hari pada tahun 1988, menurut angka Departemen Energi AS.
Hal tersebut membuat Pemerintahan Presiden Donald Trump memberi izin dilakukannya pengeboran minyak dan gas di kutub. Namun yang membuat heboh, izin itu diberikan ke Suaka Margasatwa Nasional Arktik (ANWR) di Alaska, Amerika Serikat.
“Departemen Dalam Negeri dapat mengadakan penjualan sewa minyak dan gas di ANWR pada akhir tahun ini,” kata Menteri Dalam Negeri Amerika Serikat David Bernhardt dalam panggilan konferensi dengan wartawan dikutip dari Reuters dalam CNBCIndonesia, Selasa (19/8/2020).
Sementara itu, industri energi dan Gubernur Alaska Michael Dunleavy mengatakan pembukaan ANWR untuk pengeboran akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi negara bagian yang bergantung pada produksi minyak tersebut.
Meski dipandang cukup menjanjikan, rencana tersebut ditentang oleh sejumlah anggota Demokrat termasuk calon presiden Joe Biden dan kelompok pecinta lingkungan. Itu dikarenakan pengeboran diyakini akan membahayakan ekosistem unik Arktik dan penduduk aslinya.
Menurut laporan, suaka alam seluas 7,7 juta hektar itu adalah rumah bagi populasi satwa liar termasuk karibu Landak dan beruang kutub. Tempat itu telah terlarang untuk pengeboran selama beberapa dekade ini.
Beberapa bulan lalu, sejumlah bank besar AS juga telah mengatakan tidak akan membiayai proyek minyak dan gas di kawasan Arktik.
Di sisi lain, para ilmuwan berpendapat bahwa medan yang miring dan air yang langka di kawasan membuat ANWR kurang menguntungkan untuk aktivitas pengeboran dibandingkan dengan National Petroleum Reserve (NPR-A) yang ada di bagian paling barat dari North Slope.
“Perjuangan untuk melindungi tempat lahirnya karibu Landak belum berakhir,” kata Komite Pengarah Gwich’in, yang mewakili suku-suku yang bergantung pada karibu untuk bertahan hidup, dalam tweetnya.