MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Kisruh perpecahan yang terjadi di kubu Partai Demokrat dinilai sebagai momentum paling menguntungkan untuk ketua umum mereka, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Hal ini disampaikan oleh pemgamat politik Universitas Hasanuddin, Andi Ali Armunanto. Menurutnya, kisruh tersebut berawal dari gembar-gembor AHY di media, sehingga menimbulkan perspektif negatif dari pihak luar.
”Ini sebenarnya blunder AHY yang berimbas pada partai Demokrat. Secara tidak langsung, ini seperti membuka bahwa internal Demokrat memang rapuh. Nah ini bisa dimanfaatkan oleh partai lain untuk mencari keuntungan,” jelasnya kepada Sulselekspres.com.
Meski begitu, Ali justru menilai, tersudutnya posisi partai Demokrat saat ini menjadi keuntungan untuk AHY. Putra SBY itu dinilai kian berjaya di atas keterpurukan Demokrat yang mendapat sorotan negatif.
Sebab, namanya bisa semakin masif diperbincangkan khalayak luas dan secara otomatis elektabilitasnya kian meningkat di mata publik.
”Yang paling diuntungkan ya AHY. Tapi Demokrat yang rugi. Karena pasti nama AHY semakin masif diperbincangkan. Jangan lupa, AHY ini salah satu figur yang dipersiapkan di Pilpres mendatang.”
”Dengan munculnya kisruh ini, AHY tidak perlu lagi mengeluarkan biaya banyak untuk tampil di hadapan publik. Dia bisa tampil secara gratis tentunya,” lanjut Ali, Selasa (2/2/2021).
Lebih lanjut, Ali mengatakan, meskipun nama AHY diuntungkan, tetapi ia tetap saja terseret dengan keterpurukan Demokrat. Sebab, saat ini dialah pucuk tertinggi dan ikon Demokrat.
Dengan begitu, kondisi ini seolah membuat framing baru bahwa AHY dan Demokrat terkesan saling berhadapan. Dampaknya, tentu sangat buruk di Pemilu 2024 mendatang.
”Ini bahasa sinetronnya itu ”Halu”. Seperti AHY dan Demokrat saling berhadapan. Dampak ke daerah pasti sangat vital kalau tidak diselesaikan dengan cepat.”
”Ini justru merugikan di Pemilu (2024) mendatang. Karena banyak pihak yang bisa memanfaatkan, baik pihak lain maupun internal Demokrat sendiri. Karena kalau ada yang mau oposisi, ini memang jadi momentum. Pusat butuh dukungan daerah dan begitu juga sebaliknya,” jelas Ali.