Kenali dan Waspadai 5 Kelainan Seksual

Foto Ilutrasi: Dokterbabe

SULSELEKSPRES.COM – Kelainan seksual bisa dialami siapa saja. Hal ini merupakan kondisi di mana seseorang tidak bisa mengendalikan hasrat seksualnya yang tak lazim.

Penyebab kelainan seksual hingga saat ini masih belum ketahui dengan jelas. Meski begitu, beberapa ahli beranggapan bahwa pelecehan seksual di masa kecil dapat menjadi salah satu penyebabnya.

Dilansir dari Dokterbabe.com, Penderita kelainan seksual cenderung tertarik pada hal yang tak biasa. Umumnya mereka yang memiliki kelainan preferensi seksual akan cenderung tertarik pada hal yang tidak biasa dan beberapa dapat merasa bersalah setelah melakukannya. Hanya saja objek yang merangsang hasrat seksual dapat berbeda sesuai dengan jenis kelainan tersebut.

Misalnya, seseorang dapat mencapai kepuasaan bercinta ketika dipukul atau memukul pasangannya. Ada juga yang merasa hanya merasa puas setelah berkata kasar saat bercinta. Agar lebih lengkap, berikut ini adalah ragam kelainan seksual yang perlu kamu ketahui.

Baca: Pengakuan Pemeran Wanita Dipaksa Berhubungan Seks, Begini Tanggapan Eksekutif Produser Film MT

Zoofilia

Penderita zoofilia melibatkan hewan sebagai objek seksual. Zoofilia merupakan kelainan seksual yang melibatkan hewan sebagai objek seksual. Di mana penderita cenderung lebih tertarik berhubungan seksual dengan hewan.

Mereka yang mengidap zoofilia berisiko terkena penyakit zoonosis. Penyakit yang dapat ditularkan hewan kepada manusia melalui kontak tidak langsung, dan kontak langsung. Seperti, melalui cairan tubuh (urine, darah, feses, lendir, atau liur) hewan yang terinfeksi penyakit.

Eksibisionisme

Seorang eksibisionis merasa terangsang saat memamerkan organ intimnya pada orang lain. Kepuasan tersebut umumnya didapatkan dari rasa kaget dan terkejut dari korban.

Umumnya penderita tidak membutuhkan tindakan lanjutan ataupun sentuhan fisik dari orang lain. Namun, eksibisionis dapat saja masturbasi saat memamerkan alat kelamin. Karena itu, perilaku ini tetap termasuk sebuah tindak kriminal.

Fetishisme

Pakaian dalam umum dipakai penderita fetishisme sebagai objek seksual. Pengidap gangguan mental ini memiliki ketertarikan seksual akan benda mati atau bagian tubuh khusus secara berlebih. Umumnya, tanpa adanya objek tersebut, penderita tidak dapat mencapai kepuasan seksual hingga mengalami disfungsi ereksi.

Kelainan ini masih belum diketahui dengan jelas penyebabnya dan lebih sering terjadi pada pria. Pakaian dalam, sepatu, kaos kaki, ataupun stocking merupakan benda-benda yang umum digunakan oleh penderita.

Baca: 5 Hal Ini Jangan Dilakukan Jika Ingin Seks Selalu Bergairah

Voyeurisme

Hobi mengintip bisa saja berujung pada voyeurisme. Tindakan tersebut ternyata masuk ke dalam kategori kelainan seksual. Di mana, penderita kesulitan menahan keinginannya untuk mengamati secara diam-diam orang yang sedang telanjang, dalam proses membuka baju, atau sedang melakukan hubungan intim.

Umumnya pelaku hanya akan mengamati dan dapat melakukan masturbasi, namun tidak berusaha untuk melakukan hubungan intim dengan korban. Tindakan mengintip dapat membuatnya mencapai kepuasan seksual dari masturbasi sembari mengintip.

Nekrofilia

Penderita nekrofilia melibatkan mayat sebagai objek seksual. Nekrofilia merupakan paraphilia atau kelainan preferensi seksual di mana pelaku mendapatkan kepuasan seksual yang melibatkan mayat. Kepuasan tersebut tidak hanya didapatkan pada mayat yang baru saja meninggal, mayat yang sudah diawetkan atau hanya sebagian dari tubuh mayat pun dapat dijadikan objek seksual.

Hal ini dipercaya umum terjadi pada seseorang yang merasa tidak mampu memuaskan pasangan secara seksual. Ataupun pada mereka yang ingin memiliki kekasih yang tidak dapat menolak atau melawan mereka. Kelainan ini juga merupakan sebuah tindak kriminal.

Baca: Ingin Seks Lebih Bergairah, Siapkan 3 Aksesoris Ini

Selain beberapa penyimpangan seksual di atas, masih ada kelainan lainnya seperti sadisme, pedofilia, masokisme, dan transvestisme. Beberapa diantaranya bahkan dapat menimbulkan perilaku yang berbahaya.

Fantasi penderita kelainan seksual dan intensitasnya dapat bervariasi pada setiap individu. Umumnya mereka akan mengalami hal ini sejak remaja dan berlanjut hingga dewasa. Namun, umumnya perilaku ini dapat menurun seiring bertambahnya usia.

Kelainan seksual masih memiliki kemungkinan untuk diatasi dengan melakukan terapi medikamentosa hingga terapi perilaku. Hanya saja hal ini membutuhkan waktu yang cukup panjang.