Melihat Tugu Pahlawan Indonesia, Sumarsono Sebut UPTD Membiarkan Sejarah Terkubur

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Penjabat Gubernur Sulsel Soni Sumarsono dan Asisten 1 Sulsel Andi Herry Iskandar yang juga mantan Pelaksana Tugas Wali Kota Makassar prihatin terhadap kondisi tugu Pahlawan Indonesia yang terletak di Jalan Ujung Pandang, tugu ini berseberangan dengan jalan dengan Benteng Ford Rotterdam.

Sabtu siang (1/9/2018), mereka meninjau kondisi tugu yang dibangun pada 1951 tersebut. Memang, tugu itu masih kokoh berdiri, namun perawakannya tidak terawat dan memprihatinkan. Sekitarnya terdapat tumpukan seng dan kayu juga ada.

Karena itu, menurut Sumarsono langkah revitalisasi dibutuhkan. Mengingat tugu ini merupakan simbol sejarah yang harus tetap dilihat generasi mendatang.

“Tugu pahlawan ini mau tidak mau harus direvitalisasi kawasannya, dalam rangka jas merahlah, jangan sekali kali melupakan sejarah, itu kan pertanda simbolik banyak cerita dibaliknya, namanya citra kepahlawan,” kata Sumarsono.

Menurutnya, revitalisasi, baik pada zaman kerajaan, penjajahan dan era kemerdekaan perlu dilakukan. Disamping fungsinya sebagai objek edukasi, pun ada nilai sejarah agar menjadi artefak budaya tentang Indonesia.

“Generasi umur 30an ke bawah, mungkin itu banyak hal yang tidak bisa bicara mengenai Indonesia, yang dibicarakan zaman now, karena itu tugas mengindonesiakan manusia Indonesia, antara lain upaya merevitalisasi benda-benda, cagar budaya dilakukan,” sebutnya.

Tujuan dari itu, kata Sumarsono, agar jati diri bangsa tidak terputus. Mengingat masyarakat sangat terbatas akan pengetahuan dan pengalaman dalam merasakan langsung peninggalan cagar budaya, ini ditambah karena ada sebagian tidak diketahui keberadaanya.

“Orang datang ke Benteng Rotterdam, dia lebih banyak merasakan dan seolah-olah berada di masa lalu, berbeda dengan hanya membaca buku, oleh karena itu titik-titik sejarah ini, itu harus dimunculkan kembali kawasan ini,” uajrnya.

Selain itu, Sumarsono menyebutkan, bahwa tidak boleh ada bangunan disekitar objek tersebut. “Harus mengikuti aturan yang ada. Cagar seperti ini juga harus dikelolah oleh UPTD budaya,” imbuhnya.

Keprihatinan sama juga diutarakan Sumarsono terhadap Benteng Somba Opu. Ia menyayangkan bangunan bersejarah tersebut tidak dikelola baik oleh UPTD.

“Ini namanya pelan-pelan membiarkan sejarah terkubur, membiarkan generasi muda ini terputus dari jati dirinya sebagai warga bangsa. Maka UPTD harus ada. Saya bilang, kalau perlu dua UPTD yang ada di Rinra (Triple C), dilebur, satunya untuk UPTD di sana, saya lagi minta rapat mengenai itu,” paparnya.

Revitalisasi Tugu Pahlawan, imbuhnya, jangan pernah dibongkar karena revitalisasi untuk pendidikan sejarah bangsa, untuk generasi bangsa ke depan yang bermartabat.

“Jadi saya kira itu intinya, segera direvitalisasi, semoga masa waktu saya ini, saya akan intensif menangani,” harapnya.

Sementara itu, masyarakat yang berada di lokasi saat itu, ada yang mengetahui keberadaan tugu ini, ada juga yang tidak.

Yusuf misalnya, salah satu warga sekitar yang telah berjualan tidak jauh dari lokasi mengatakan, selama tokoh pejuang kemerdekaan Mayjen (Purn) H. Andi Mattalatta masih hidup tidak ada bangunan di sekitar tugu.

“Selama Pak Andi Mattala sudah meninggal, tidak diurus, dulu tidak ada pembangunan di sekitar sini. Saya 30 tahun di sini, apalagi sekarang pejuang sudah tidak ada,” sebutnya.

Sementara itu masyarakat atau wisatawan yang berada di sekitar lokasi atau yang sedang berada dan menikmati akhir pekan di Benteng Rotterdam juga tidak mengetahui adanya tugu ini. “Saya tidak tahu, kalau ada tugu,” ujar Dilla.

Penulis: Agus Mawan