24 C
Makassar
Thursday, May 1, 2025
HomeRagamNatal Dari Balik Jeruji

Natal Dari Balik Jeruji

- Advertisement -

MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Perayaan Natal tahun 2020 ini terasa sangat berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kondisi pandemi Covid-19 jadi penyebabnya.

Akibatnya, Pemerintah kota Makassar harus mengeluarkan surat edaran perihal larangan melakukan perayaan Natal, untuk menghindari terjadinya kerumunan massa dan bisa memicu lahirnya klaster baru penularan Covid-19.

Tidak hanya itu, nuansa berbeda juga dirasakan oleh Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang ada di Rumah Tahanan (Rutan) kelas I Makassar.

Di tempat ini, setidaknya ada 1.562 warga binaan. Akan tetapi, memang hanya minoritas yang memeluk kepercayaan nasrani, baik Katolik maupun Protestan.

Wajar saja jika suasana natal di dalam Rutan sangat sunyi. Tak ada perayaan meriah, juga tidak ada roti dan anggur. Yang ada, hanya doa-doa yang dipanjatkan untuk pengampunan dan kebebasan dari warga binaan.

Akan tetapi, mulai siang ini, sepertinya ada sedikit asa bagi warga binaan Rutan kelas I Makassar, khususnya bagi yang memeluk keyakinan Kristiani.

Mereka sudah bisa beribadah dengan khusyuk. Mereka sudah bisa merayakan natal dengan sesama, juga menyanyikan lagu-lagu rohani. Sebab pagi tadi Gereja Oikumene Rutan Kelas I Makassar sudah diresmikan.

Peresmian ditandai dengan pengguntingan pita yang dilakukan langsung oleh Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenkumham Sulsel, Harun Sulianto, didampingi Kepala Rutan kelas I Makassar, Sulistiyadi, jajaran staf Rutan, juga sejumlah pendeta.

Menurut Harun, keberadaan Gereja Oikumene di Rutan Kelas I Makassar tersebut tentu sangat membantu semua pihak, baik petugas Rutan, maupun warga binaan sendiri.

Sebab, melalui gereja ini kegiatan kerohanian bisa diintensifkan. Dengan begitu, upaya untuk memberikan pendidikan melalui edukasi agama dinilai sangat efektif bagi warga binaan untuk kembali ke jalan yang benar.

“Dulu, waktu saya masih di Lapas Nusa Kambangan, ada bandar sabu yang bandel sekali. Keluar masuk Lapas. Sampai akhirnya, saya lihat dia di gereja lapas. Baca kitab. Saya pantau terus beberapa bulan. Ternyata memang dia insaf,” buka Harun.

“Kejadian itu tahun 2007. Sebelumnya juga ada. Malah lebih parah lagi. Kejadiannya sama. Dia insaf di gereja. Sekarang dia jadi asisten pendeta,” jelas Harun.

Dari pengalaman tersebut, Harun menegaskan pentingnya tempat ibadah di dalam Rutan. Selain itu, pembinaan-pembinaan serta kehadiran rohaniawan juga menjadi faktor penting.

“Artinya, kehadiran Gereja Oikumene ini memang penting. Banyak hal yang bisa diselesaikan lewat kedekatannya dengan tuhan,” jelas Harun.

Menanggapi hal ini, Kepala Rutan Kelas I Makassar, Sulistiyadi, selain dari peresmian gereja, momen natal ini juga dibarengi dengan pemberian remisi khusus kepada 13 warga binaan.

Bahkan, dua diantara 13 warga binaan tersebut berhasil memperoleh asimilasi, setelah dilakukan penghitungan ulang masa hukuman yang mereka jalani.

“Ini remisi khusus natal. Kita usulkan 13 nama. Semua memenuhi syarat untuk dapat remisi. Tapi setelah kita hitung ulang, ternyata hari ini ada dua orang yang boleh pulang,” jelas Sulistiyadi kepada Sulselekspres.com.

Lebih jauh Sulis mengatakan, pemberian remisi ini juga bisa menjadi pemicu untuk warga binaan yang lain agar berubah lebih baik.

“Biasanya kalau ada yang dapat remisi, yang lainnya berbondong-bondong ikut berkelakuan baik. Jadi ini bisa jadi pemicu juga,” beber Sulistiyadi, Jumat (25/12/2020).

Dengan begitu, Sulis berharap keberadaan remisi dan kehadiran Gereja Oikumene di dalam Rutan bisa memberi jalan mulus untuk pemeluk agama nasrani agar lebih dekat dengan tuhan.

“Apalagi ini sudah ada gereja. Semoga bisa membantu warga binaan yang memeluk agama Kristen, baik katolik maupun protestan, agar bisa lebih dengan tuhan.”

“Untuk warga binaan, kesempatan kalian untuk menjadi warga negara yang baik masih terbuka lebar,” tutup Sulistiyadi.

spot_img
spot_img

Headline

spot_img