MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI) menargetkan 77,5 persen partisipasi pemilih pada Pemilu 17 April 2019 mendatang. Meski terbilang tinggi, tapi target ini dinilai rasional.
Pemilu 2019, dimana pemilihan calon presiden (Pilpres) dilaksanakan bersamaan dengan pemilihan calon legislatif (Pileg) dinilai menjadi peluang penyelenggara Pemilu untuk mendongkrak partisipasi pemilih.
BACA: KNPI: Jangan Ada Golput di Pilkada Serentak
Direktur Indeks Politica Indonesia (IPI), Suwadi Idris yang ditanya soal segmentasi pemilih yang cenderung Golput menyebutkan ada tiga segmentasi.
“Yang cendrung Golput itu. Pertama, Kelompok ormas (organisasi masyarakat) yang idealis namun dari kelompok ormas-ormas minoritas. Kedua, kelompok pengusaha menengah keatas. Ketiga, masyarakat pedalaman yang buta informasi tentang pilpres dan Pileg,” kata Suwadi, Senin (14/1/2019).
Dijelaskan Suwadi, tingkat partisipasi Pemilih sangat tergantung pada sosialisasi oleh penyelengara, dan juga sangat tergantung sosialisasi para pasangan capres dan cawapres.
BACA: Alasan KPU Tolak Perubahan Visi-Misi Prabowo-Sandi
Dikatakan pula, Pemilu bersamaan memungkinkan partisipasi pemilih akan meningkat. Tergantung dari pihak penyelenggara mengelolah pesta demokrasi tahun ini.
“Namun kali ini karna bersamaan Pilpres dan Pileg jadi harusnya partisipasi pemilih kemungkinan akan lebih tinggi daripada saat Pilkada kemarin. Sebab di Pilpres dan Pileg, selain banyaknya Caleg yang sosialisasi menggiring pemilih untuk memilih. Pelaksanaan Pilpres juga melibatkan media nasional, mulai TV dan dan lain-lain. Jadi sosialisasi ke pemilih lebih efektif,” ujarnya.
BACA: Pilpres 2019, KPU Desain Debat Perdana Enam Segmen
Meski demikian, dia mengakui belum ada gambatan perilaku pemilih yang merekam potensi Golput dalam survei yang dia lakukan. Dia mengatakan, perlaku Golput sudah bisa terekam pada awal Maret mendatang
“Kepastiannya di riset bulan Maret awal. Nanti awal Maret tergambarkanmi jelas,” tandasnya.