SULSELEKSPRES.COM – Ahli hukum tata negara Refly Harun ikut menanggapi PT Pertamina (Persero) yang mencatat kerugian hingga US$ 767,92 juta atau sekitar Rp 11,13 triliun di semester pertama tahun 2020.
Refly juga secara khusus menyorot dan mengingatkan pernyataan Komisaris Pertamina Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok, yang menyebut merem saja Pertamina Untung. Menurut Refly Ahok bukan seorang Supermen yang bisa menyelesaikan semua masalah di Pertamina.
“Makanya saya katakan don’t over estimate dengan posisi atau jabatan atau dengan orang. Ahok tidak mungkin jadi Supermen yang bisa menyelesaikan semua problem Pertamina. Apalagi posisinya bukan sebagai eksekutor,” kata Refly melalui tayangan video terbarunya, (26/8/2020).
Posisi Ahok sebagai Komisaris disebut hanya pengawas bukan eksekutor. KelebihanAhok disebut hanya karena dirinya dipandang dekat dengan kekuasaan.
“Posisinya pengawas, kelebihannya satu saja. Karena dia diendors langsung kekuasaan. Wibawanya jadi tinggi, omongannya didengarkan,” katanya.
Refly menyarankan agar ke depan dewan direksi dan komisaris harus dari kalangan independen. Bukan dijadikan pejabat karena alasan dekat dengan kekuasaan.
“Bukan karena yang bersangkutan memiliki legitimasi atau kewibawaan karena dekat dengan keuasaan, dekat dengan istana”
“Penyakit BUMN begitu. Jadi kalau ada direksi merasa dekat dengan kementrian BUMN itu belagu. Dan demikian juga komisaris kalau dekat kekuasaan belagu juga,” ujar dia.
Refly sendiri meragukan kinerja BUMN akan lebih baik jika proses rekrutmen pejabatnya dilakukan dengan cara beking-bekingan.
“Pengelolaan BUMN kalau caranya beking-bekingan seperti ini, karena dia dekat kekuasaan, karena dipandang orangnya Presiden maka tidak akan pernah independen dan profesional. Padahal profesional dan independensi wajib hukumnya,” pungkasnya.
Seperti diketahui, nama Ahok banyak disorot ditengah laporan kerugian yang dialami Pertamina. Sosok Ahok banyak dipandang tidak banyak membawa dampak di Pertamina.