SULSELEKSPRES.COM – Oktober 1999, pendiri Lion Air, Rusdi Kirana beserta keluarganya menggagas sebuah revolusi di dunia penerbangan.
Bermodalkan US$10 juta, Rusdi Kirana melahirkan seorang anak bernama Lion Air, maskapai penerbangan berkonsep biaya murah atau low cost carrier.
BACA: Jasa Raharja Jamin Perlindungan Penumpang Lion Air JT-610
Revolusi Rusdi pun membuat perusahaan penerbangan lainnya menjadi kelam kabut. Hanya dalam tempo enam tahun, Lion telah memiliki 24 pesawat yang terdiri dari 19 MD80 dan lima pesawat DHC-8-301.
Pada 2004, Lion Air berhasil bertengger di posisi kedua setelah Garuda Indonesia, dengan jumlah penumpang yang diangkut sebesar 600.000 orang lebih per bulan atau menguasai 40% dari seluruh segmen pasar.
BACA: Evakuasi Korban Pesawat Lion Air JT 610, Basarnas Buka Posko di JICT 2 Tanjung Priok
Beroperasi pada 30 Juni 2000, Maskapai swasta dengan motto ‘We Make People Fly’ ini mulanya melayani rute penerbangan dari Jakarta menuju Pontianak menggunakan pesawat dengan tipe Boeing 737-200 yang pada saat itu berjumlah 2 unit.
Berkantor pusat di Lion Air Tower, Jl. Gajah Mada No. 7 yang berada di kawasan Jakarta Pusat, PT. Lion Mentari Airlines atau Lion Air, kini melayani ratusan rute penerbangan domestik dan Internasional.
Lion Air tidak sendiri, anak maskapainya juga berhasil merebut pasar. Seperti Wings Air, Batik Air, Lion Bizjet, Malindo Air, dan Thai Lion Air.