MAKASSAR – Dua legislator DPRD Kota Makassar berseteru, yakni Wahab Tahir (Fraksi Golkar) dan Susuman Halim (Fraksi Demokrat). Hal ini menyusul adanya perbedaan pendapat dalam menanggapi adanya Ketua RT/RW yang menjenguk eks Wali Kota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) di Rutan Suka Miskin, Bandung beberapa waktu lalu beberapa hari lalu.
Sejumlah Ketua RT/RW yang menggunakan seragam dinas RT/RW dan mengabadikan foto salam “X” bersama IAS, salam yang dipopulerkan sejumlah elite politik Makassar sebagai bentuk perlawanan ke Wali Kota petahan, Moh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto, sontak membuat Wahab Tahir berekasi.
Kendati Wahab mengaku tidak ada larangan bagi Ketua RT/RW menjenguk IAS, namun sangat menyayangkan perilaku terang – terangan menggunakan seragam dinas RT/RW. Dia mengaku hal ini tidak bisa dibiarkan, apalagi digunakan di luar Kota Makassar.
Dalihnya adalah pelanggaran etika. Bahkan dia meminta pejabat Pemkot untuk memanggil Ketua RT/RW bersangkutan untuk memberikan klarifikasi, menurutnya bisa saja diberikan sanksi.
“Itu simbol, sehingga menurut saya itu melanggar etika. Maka sebaiknya pejabat yang berkopeten dalam penaganan RT/RW memanggil mereka, meminta untuk memberikan klarifikasi, apa maksudnya dan seperti apa alasannya,” kata Wahab dalam rilis yang diterima Sulselekspres.com, pada Sabtu (23/9/2017).
Meski ada kecendenguran unsur politik melalui salam “X”, namun Wahab yang dikonfirmasi tidak ingin terlalu jauh berasumsi.
“Saya tidak bisa berasumsi seperti itu. Kan mereka yang datang, mereka yang menjenguk. Tapi kan jangan menggunakan simbol pemerintahan, simbol uang rakyat, apalagi terlalu jahu mereka ke Bandung,” tandasnya.
Pernyataan Wahab memancing reaksi, Sugali, sapaan Susuman Halim. Dia menanyakan aturan maupun kode etik tertulis yang mengatur perihal seragam RT/RW tersebur. Tak muluk – muluk melayangkan pertanyaan tegas ke Wahan.
“Apa yang salah dari kunjungan ke mantan Wali Kota. Boleh kita berbeda namun jangan mengajarkan orang memutuskan silaturrahmi, ketika ada kunjungan RT/RW, harus diingat bahwa pak IAS merupakan Wali Kota dua peride, tentu banyak kisah kedekatan dengan warga Kota Makassar. Terus apakah dengan alasan dia seorang RT atau RW tidak boleh mengunjungi orang terkena musibah dan cobaan seperti pak IAS,” ucap Sugali.
Pernyataan tendensius Wahab dinilai cukup naif dan sangat tidak berperadaban oleh Sugali. Apalagi, kata dia, jika hanya mempersoalkan baju yang dekenakan RT/RW saat menjenguk orang yang menurutnya cukup berjasa di Kota Makassar.
“Selain tidak ada larangan terkait dengan itu juga, baju tersebut adalah uniform, bahwa yang memakai adalag seorng abdi/pelayanan dan ujung tombak tingkat RT/RE. Hanya saja ada beberapa pihak yang terlalu berlebihan memandang pertemuan tersebut,” tegasnya.
Menurut Sugali, jangankan Ketua RT/RW, sudah begitu banyak tokoh masyarakat yang menjenguk IAS.
“Malah ada pejabat, apa itu juga harus dilarang. Ini sdikit menyesakkan dada,
cobalah liat sejarah tokoh bangsa kita. Ketika Bung Karno sakit, Bung Hatta yang berbeda tajam tetap datang sebagai seorang sahabat,” ucap sugali.
Di menyayangkan, jika ada pejabat publik yang berbeda haluan politik, lantas menghalang – halangi silaturahmi masyarakatnya.
“Lawan politik sekalipun datang menjenguk, lebih lagi ini adalah warga yang datang kepada mantan Wali Kota,” tandasnya.