25 C
Makassar
Monday, March 24, 2025
HomeMutiara HikmahAL-QURAN DIGITAL ATAU MUSHAF, AFDAL MANA?

AL-QURAN DIGITAL ATAU MUSHAF, AFDAL MANA?

- Advertisement -

Mutiara Ramadhan (21):

Oleh Hadi Daeng Mapuna
(Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar)

Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. melalui perantaraan Malaikat Jibril. Al-Quran merupakan petunjuk bagi umat manusia dalam menjalankan hidup dan kehidupannya di atas muka bumi ini, sebagaimana firman Allah swt. dalam Al-Quran :

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).”(QS. Al-Baqarah: 185)

Al-Quran bukan sekedar petunjuk atau pedoman hidup, melainkan juga kitab suci yang dapat menjadi rahmat dan berkah bagi yang membaca dan mengamalkannya.

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh berkah supaya mereka mentadabburi ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai akal.” (QS. Shad: 29)

Saat ini, akses Al-Quran semakin luas dengan aplikasi digital, website, dan media sosial. Tafsir, terjemahan, serta kajian keislaman tersedia dalam bentuk audio dan video. Kondisi ini sangat jauh berbeda dengan masa lampau, dimana akses Al-Quran sangat terbatas. Jika ingin membaca atau mempelajari Al-Quran harus membeli Al-Quran dalam bentuk Mushaf atau ke masjid-masjid karena di sana banyak tersedia Al-Quran.

Mana Lebih Afdhal Baca Mushaf atau Media Digital?

Ada pendapat yang mengatakan bahwa membaca Al-Quran dalam bentuk mushaf lebih afdhal dibanding membaca dalam bentuk digital. Pandangan ini memiliki dasar dalam tradisi Islam, tetapi hal ini juga perlu dilihat dalam konteks yang lebih luas.

Secara umum, membaca Al-Quran dalam bentuk apa pun tetap memiliki keutamaan, sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Barang siapa membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Quran), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali lipat.”
(HR. Tirmidzi —  Hasan Shahih)

Hadis ini tidak membatasi keutamaan membaca Al-Quran hanya pada bentuk mushaf fisik, melainkan pada aktivitas membaca itu sendiri.

Beberapa ulama berpendapat bahwa membaca langsung dari mushaf memiliki keutamaan tersendiri, antara lain; Lebih terjaga dari gangguan dibandingkan dengan membaca dari perangkat digital yang bisa muncul notifikasi atau godaan membuka aplikasi lain. Membaca mushab juga dapat memperkuat hubungan fisik dengan Al-Quran, yang secara psikologis bisa lebih mendalam dalam merasakan keagungan kitab suci.

Lalu, bagaimana jika kita membacanya di media digital? Hal itu tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan, di era digital ini, membaca Al-Quran melalui perangkat seperti ponsel atau tablet adalah sebuah kemudahan dan memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

  • Akses yang lebih mudah dan fleksibel. Bisa dilakukan kapan dan di mana saja.
  • Memudahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan, misalnya orang yang memiliki gangguan penglihatan bisa memperbesar teks atau mendengarkan bacaan.
  • Membantu dalam pembelajaran, karena seringkali aplikasi Al-Quran digital dilengkapi dengan tafsir, terjemahan, dan audio yang bisa membantu memahami lebih dalam.

Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari menjelaskan bahwa membaca Al-Quran, baik dengan hafalan, dari mushaf, atau cara lain tetap mendapatkan pahala. Tidak ada dalil yang secara eksplisit mengatakan bahwa membaca dari mushaf lebih afdhal secara mutlak.

Dengan demikian, afdhalnya membaca Al-Quran bergantung pada kondisi individu dan niatnya. Jika membaca dari mushaf membuat seseorang lebih khusyuk dan fokus, maka itu lebih baik baginya. Dan, jika membaca dari aplikasi digital lebih memudahkan seseorang untuk lebih sering berinteraksi dengan Al-Quran, maka itu juga sangat baik.

Namun demikian, ada juga tantangan jika membaca Al-Quran melalui perangkat digital, di antaranya; Beredarnya informasi yang tidak valid terkait tafsir dan makna ayat. Kurangnya interaksi langsung dengan guru yang kompeten dalam memahami Al-Quran. Selain itu, ada potensi gangguan dari konten lain yang mengalihkan fokus dari Al-Quran.

Bagaimana seharusnya Sikap Kita?

Sebagai manusia yang hidup di era digital saat ini, tentu tidak dapat dilepaskan dari tekhnologi termasuk Al-Quran Digital. Sikap kita seharusnya adalah:

  • Menggunakan teknologi untuk semakin dekat dengan Al-Quran, misalnya dengan aplikasi Quran digital dan mendengarkan tafsir dari sumber terpercaya.
  • Memilah informasi dan tidak mudah percaya pada konten yang tidak jelas sanad dan tafsirnya.
  • Menyebarkan kebaikan dari Al-Quran di media sosial, seperti membagikan kutipan ayat dengan tafsir yang benar.
  • Menjaga adab terhadap Al-Quran meskipun dalam bentuk digital, misalnya dengan tidak membiarkan aplikasi Quran terbuka bersamaan dengan hal-hal yang tidak pantas.

Membaca Al-Quran, baik dari mushaf maupun perangkat digital, tetap berpahala dan dianjurkan dalam Islam. Yang lebih utama adalah bagaimana kita menjaga interaksi rutin dengan Al-Quran, memahami isinya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a‘lam. [*]

spot_img
spot_img

Headline

spot_img