JAKARTA, SULSELEKSPRES.COM – Dimata Mantan Menteri Bidang Kemaritiman Rizal Ramli, gaya komunikasi politik Calon Presiden (Capres) nomor urut 01, Joko Widodo mengalami perubahan. Menurutnya, Jokowi menjelang Pilpres, meniru gaya George HW Bush pada Pemilu Amerika Serikat 1988 silam.
Untuk itu, Rizal mengingatkan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto untuk tidak terpancing sindiran-sindiran yang dikeluarkan petahana, Joko Widodo. Dengan demikian, Ia menganjurkan, kepada kubu oposisi lebih fokus untuk membedah isu-isu yang dinilai krusial.
“Kalau oposisi ngeladenin ini, berarti enggak canggih. Istilahnya ikut gendang permainan. Harusnya kalau ada isu begini, oposisi cuekin saja, fokus isu-isu riil yang menyangkut bangsa,” ujar Rizal saat ditemui di Universitas Bina Sarana Informatika, Jakarta, seperti dilansir CnnIndonesia, Sabtu (24/11/2018).
Baca Juga:
Mirip Jokowi, Cagub Usungan PDIP di Sulsel Diserang Isu Antek PKI
Bila kubu Prabowo kata Rizal malah menanggapi sindiran-sindiran itu, maka Jokowi akan lebih berani menggunakan cara serupa. Padahal isu ekonomi, pendidikan, kesehatan, pangan lebih penting untuk saat ini menurutnya.
Oleh itu, Rizal menyarankan Prabowo harus hadir dengan solusi, bukan hanya kritik. “Bisa konyol bangsa kita kalau sibuk diskusi tabok-menabok, rakyat tidak makin cerdas,” katanya.
Baca:Â Kritik Jokowi, Rizal Ramli: Rakyat Mau Jadi Kuli Saja?
Kembali pada Pemilu AS 1988 lalu, saat itu Bush dari sayap Republik berhadapan dengan Michael Dukakis dari Demokrat. Kendati Dukakis sudah unggul dalam survei-survei. Namun hasil akhir pada pemilu berbanding terbalik, Bush menang.
Kekalahan itu, merujuk pada langkah Dukakis saat itu, yang mendukung kebijakan cuti untuk tahanan. Seorang pembunuh bernama Willie Horton salah satu yang mendapatkannya. Saat cuti, Willie membunuh seorang laki-laki dan memperkosa seorang perempuan.
Akibatnya, Bush ‘menggoreng’ blunder Dukakis tersebut secara konsisten selama masa kampanye, dan hasilnya ia keluar sebagai pemenang.
“Yang terjadi hari ini adalah Willie Hortonisasi, kasus enggak penting dibikin heboh. Kasus Ratna Sarumpaet, Boyolali, dibesar-besarkan, dihebohkan. Enggak memberi pelajaran apa pun pada bangsa,” tutur dia.
