MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB), Yusril Ihza Mahendra angkat bicara mengenai polemik dukungan Nahdatul Ulama (NU) di Pilpres 2019 mendatang.
Bagi Yusril, tidak benar jika anggapan kaum modernis ketika dahulu pernah bergabung dalam Masyumi menganggap bahwa NU adalah lawannya. Sebab, lanjutnya kaum modernis juga tidak pernah memimpikan bila khilafah sebagai wadah persatuan Islam.
“Kaum modernis saya tidak pernah menganggap NU adalah kerikil dalam sepatu,” kata Yusril membalas chating WhatsAppnya Andi Rahman yang berjudul Pertaruhan nama dan ideologi di Pilpres 2019.
Yusril menjelaskan, tahun 1999 dirinya rela mundur dari pencalonan Presiden di sidang MPR dan memberikan kesempatan kepada Alm Gus Dur agar terpilih. Menurutnya hal tersebut sengaja dilakukan demi persatuan umat Islam.
“Saya bertemu dengan KH Abdullah Faqih dari Langitan sore hari setelah Gus Dur terpilih,” ungkapnya, Senin, (12/8/2018) malam.
Baca juga:
Yusril: Jokowi Menyandera Banyak Parpol
Soal Pilpres, PDIP: Lebih Baik Ada Lawan dari pada Kotak Kosong
Dituding Ambil Uang Sandiaga Uno, PKS: 500 Miliar itu tidak seberapa
Pascapertemuan tersebut lanjutnya KH Abdullah Faqih berkata “Pak Yusril, kami warga NU berterima kasih sama sampeyan. Sampeyan rela mundur dan beri kesempatan kepada Gus Dur,” bebernya meniru perkataan KH Abdullah Faqih.
Sambil memeluk Abdullah Faqih Yusril Ihza Mahendra sendiri langsung berkata antara lain. “Mulai hari ini mari kita sama-sama melupakan masa lalu. Warga eks Masyumi dan NU hendaknya bersatu sama-sama melangkah ke depan,” lanjutnya.
Oleh karena itu, dirinya juga berharap di Pilpres mendatang seluruh ummat Islam pada khususnya dan seluruh umat beragama agar tetap bersatu dalam menciptakan proses demokratisasi yang berkualitas pada Pilpres dan Pileg 2019 mendatang.
“Saya berharap, mari sebagai sesama saudara, kita menghapus salah faham dan sama-sama pula menjauhkan purbasangka,” pungkasnya.
Untuk diketahui, dalam diskusi di sebuah grup WhatsApp tersebut Yusril Ihza Mahendra sendiri menganggap bahwa tulisannya ini merupakan tanggapan dirinya atas polemik dukungan NU di Pilpres 2019 mendatang.