“Kolonel Sudirman sebagai Komandan Divisi V turun ke medan laga Ambarawa memimpin pertempuran pada tanggal 11 Desember 1945, Kolonel Sudirman memanggil seluruh Komandan Sektor TKR maupun kelaskaran untuk membahas rencana serangan umum, melalui siasat yang digunakan dalam perang Ambarawa yaitu, cepat, cerdik, serentak di segala sektor dengan menggunakan taktik dan strategis ‘Supit Urang’,” bebernya.
Dalam penerapannya, taktik ‘Supit Urang’ adalah gerakan pendobrakan oleh pasukan pemukul dari arah Selatan dan Barat ke arah Timur menuju Semarang. Gerakan tersebut diikuti dengan gerakan penjepitan dari lambung kanan dan kiri sebagaimana halnya seekor udang menjepit mangsanya, untuk selanjutnya Supit bertemu di bagian luar Ambarawa ke arah Semarang.
“Penyerangan dadakan yang dilakukan TKR dari berbagai Resimen dibantu oleh segenap komponen rakyat Indonesia mengakibatkan sekutu kalang kabut, pertempuran Ambarawa yang berlangsung dari tanggal 12 sampai 15 Desember 1945 berhasil memukul mundur sekutu dari Ambarawa,” ujarnya.
Heroisme yang ditunjukkan TNI AD (TKR saat itu) dengan seluruh unsurnya dengan senjata dan peralatan seadanya didukung Rakyat melalui Tata Yudha Semi Modern dan Taktik Supit Urang berhasil secara gilang gemilang mengusir sekutu dari Bumi Indonesia.
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 163 Tahun 1999 dan Surat Keputusan Kasad Nomor Skep/662/XII/1999, ditetapkan tanggal 15 Desember sebagai ‘Hari Juang Kartika’.