MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Jelang magrib, ponsel Liana berdering. Kontak baru yang tidak dikenal melakukan panggilan masuk. Tanpa basa-basi, Liana menerima panggilan tersebut.
“Halo Liana, selamat ya, cerita kamu menarik dan terpilih di challenge narasi tv. Kamu mau diundang mbak Nana sharing di Narasi tv dalam program Wisuda Online,” ujar penelepon.
“Habis magrib kami hubungi kembali ya,” lanjutnya.
Liana terkejut. Penelepon tersebut adalah Cindy, kru Narasi tv yang menyampaikan bahwa ia terpilih sebagai wisudawan online untuk berbagi kisah di program Wisuda Online yang diselenggarakan Narasi tv.
Liana senang. Ia memberitahukan kabar tersebut kepada ayah dan ibunya. Ia kemudian berkemas untuk menerima telepon kedua dari tim Narasi tv setelah magrib berlalu.
Kejutan tidak berhenti di situ. Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin tersebut tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Sebab yang melakukan panggilan video adalah Najwa Shihab, Pemilik Narasi tv yang ia idolakan semenjak duduk di bangku SMA.
“Awalnya tidak nyangka, soalnya tim Narasi tv yang hubungi, produsernya Mata Najwa, namanya mbak Sindy. Tapi ternyata mbak Nana yang video call.”
“Mbak Najwa katanya suka dengan cerita saya. Kan saya ikut challenge nya (wisuda online). Jadi saya kirim cerita singkat lewat foto dan video, ditambah dua paragraf keterangan.”
BACA:Â Kisah Fatma Wada, Doktor Asal Papua yang Antusias Ikuti Pekerti di Makassar
“Ternyata mbak Najwa tertarik dengan cerita saya, terus dipanggil untuk berbagi cerita di Narasi bareng bapak. Saya kaget dong,” Liana berkisah pada Sulselekspres.com.
Gadis kelahiran Majene (10/11/1998) tersebut mengaku seperti mendapat surprise besar. Ia tidak menyangka bakal berbagi kisah dengan idolanya. Bahkan ia berkesempatan berkisah dan berdialog bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim.
“Pastinya senang. Siapa yang tidak senang dipanggil sama mbak Najwa, apalagi sejak SMA memang sudah mengidolakan mbak Najwa.”
“Kata mbak Najwa cerita saya yang terbaik dari ribuan cerita yang lain. Makanya saya dan bapak diminta testimoni. Nanti disuruh cerita di depan Menteri Pendidikan, pak Nadiem Makarim. Jadi ada dialog dan tanya jawab antara pak Nadiem dengan bapak dan pak Nadiem dengan saya.”
“Cerita saya itu soal perjuangan menuju wisuda. Saya ngebet kejar wisuda karena mau datangkan bapak dan ibu saya ke Makassar. Kan mereka belum pernah ke Makassar. Tapi ternyata pada saat sampai di Makassar, wisudanya ditunda, makanya bapak dan ibu saya pulang lagi,” bebernya.
Kisah dibalik keberhasilan Muliana Mursalim memikat Najwa Sihab ini tidak lepas dari perjuangannya di masa kuliah. Sejak awal kuliah, penulis buku Cinta Dalam Naungan Tuhan tersebut sudah membiayai pendidikannya sendiri.
BACA:Â Najwa Shihab Kritik DPR, Fadli Zon: Tak Perlu Kebakaran Jenggot
Ia berjuang menyisihkan uang jajan dengan cara berhemat, mencari uang tambahan sendiri, bahkan berjuang mencari beasiswa.
“Awal kuliah saya sudah hiaya sendiri. Mulai semester II, saya sudah tidak minta uang lagi sama bapak. Saya dapat beasiswa Bidikmisi. Saya juga belajar hemat, bawa bekal kalau ke kampus,” terang Liana.
“Saya juga biasa cari uang tambahan dengan cara menulis, terlibat di kepanitiaan Fakultas, jadi MC, jual buku, dan bawa materi,” lanjutnya.
Putri Sulung pasangan bapak Mursalim dan ibu Nurlina tersebut menyadari bahwa penghasilan orang tuanya tidak seberapa. Ayahnya bekerja sebagai imam masjid dan ibunya mengurus rumah tangga.
Terlebih lagi, orang tua Liana harus membiayai dua diknya, Nur Aldi, yang kini duduk di bangku kelas 2 SMA 1 Mamuju, dan Nur Idham, yang duduj di bangku kelas 1 Pondok Pesantren Ahsan Yamami.
“Saya sadar diri, soalnya penghasilan orang tua saya tidak seberapa. Bapak saya bukan PNS yang punya gaji tetap. Apalagi dua adik saya masih sekolah. Saya sebagai anak sulung harus berusaha biaya sendiri. Setidaknya untuk meringankan beban orang tua,” jelas Duta Pendidikan Sulawesi Barat 2018 tersebut
Gadis yang pernah menjabat sebagai ketua Forum Lingkar Pena Universitas Hasanuddin tersebut turut berbagi tips kepada mahasiswa, bahwa jalan untuk meraih prestasi itu banyak, selama bisa konsisten, sabar, dan bekerja keras.
“Kuliah tanpa prestasi itu rugi. Kalau mau kejar kuliah saja, tentu sangat rugi. Prestasi itu penting untuk mengukur diri dan pengembangan soft skill kita,” jelas Liana.