MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Makna yang terkandung dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya diklaim sebagai landasan dalam merumuskan visi misi pasangan calon gubernur Sulsel, Nurdin Halid-Aziz Qahhar Mudzakkar (NH-Aziz).
“Di Indonesia Raya, di situ kan dikatakan bangunlah jiwanya, bangunlah badannya. Pembangunan jiwa yang paling signifikan adalah dengan agama,” terang Aziz Qahhar, Minggu, 11 Februari 2018.
Baca: Nurdin Halid: Kesatria Perantau Bugis Pulang Kampung
Menurut dia, pembangunan yang dilakukan dalam pemerintahan juga harus memperhatikan aspek jasmani sekaligus rohani. Hal tersebut sejalan dengan ideologi Pancasila yang mengatur visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Aziz Qahhar menuturkan, Pancasila mengatur terwujudnya kehidupan dengan menjunjung tinggi nilai ketuhanan.
“Kita tidak mau dengan negara kita yang berideologi Pancasila, jelas di sila pertamanya, ketuhanan yang Maha Esa. Namun, pembangunan kita sekularistik, urusan pembangunan negara tidak ada nomenklatur dalam memajukan kehidupan beragama,” jelasnya.
Baca: NH-Aziz Sindir Program ‘Penghapusan’ Seragam Sekolah IYL-Cakka
Mengacu pada hal itu, Aziz mengusung tagline nasionalis-religius. Sebab, pasangan ini merupakan paduan dari figur yang hendak mensejahterakan dunia sekaligus kebahagiaan akhirat.
“Pak NH ini seorang politisi, pengusaha, ahli mengurusi ekonomi masyarakat. Saya orang pesantren, tentu wacana saya banyak membangun kehidupan beragama, membangun jiwa. Maka inilah nasionalis-religius,” ujarnya.
Program ini juga ditegaskan oleh NH. Menurutnya, kedua aspek tersebut harus menjadi perhatian pemerintah dalam menentukan arah pembangunan.
Baca: Menilik Aziz Kahar Mudzakkar, Dua Kali Tumbang Lawan Klan Yasin Limpo
“Di dunia ini, tujuan kita untuk mensejahterakan masyarakat. Tapi jangan sampai, masyarakat sejahtera kemudian melupakan akhiratnya,” tuturnya.
Sejumlah program pembinaan keumatan akan direalisasikan pasangan NH-Aziz jika terpilih kelak. Di antaranya, peningkatan insentif imam desa/pegawai syara hingga Rp1 juta, pendirian rumah Alquran di setiap kampung, standardisasi tempat berwudhu masjid dan toilet rumah ibadah, serta pembinaan qari dan hafidz.
Penulis: Abdul Latif