MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Peluncuran buka Tobaine Mandar dan Ketik Jemari yang diadakan oleh penerbit MIB Indonesia.
Penulis Tobaine Mandar, Hamzah Durisa menyatakan bahwa proses pembuatan naskah hanya 2-3 bulan.
“Salah satu bentuk melestarikan Mandar itu sendiri, istilah-istilah dalam Mandar, bagian terkecil upaya melestarikan nilai-nilai Mandar,” ungkap Hamzah, Kamis (30/8/2018).
“Pakar budaya Mandar mengatakan bahwa kata ‘Tobaine’ pada huruf B sebenarnya adalah huruf W. Jika huruf W diapit oleh 2 huruf vokal akan menjadi huruf B. Tetapi meskipun hurufnya B tetap dibaca W (towaine),” jelas Penulis Tobaine Mandar, melalui rilis yang diterima Sulselekpres.com Jum,at (31/8/2018).
Para penulis antologi puisi Ketik Jemari merupakan santri Darul Aman Gombara Makassar angkatan ke 24, terdiri dari 23 orang, dan mewakili sebagai pembicara pada saat launching buku ada tiga yakni, Idham Fajri, Muhammad Thoriq dan Reza Ahmada.
“Langkah awal untuk bisa menerbitkan, banyak orang yang paham tentang puisi tapi dia malu untuk menuliskan cuma dipendam, dan katanya santri itu terbelakang, kini hadir sebagai penulis,” tutur Muhammad Thoriq, alumni santri Darul Aman Gombara Makassar.
Ketika mendekati penamatan santri putra mendapatkan tantangan dari kak Syaril, Ketua Literasi Ponpes Darul Aman yang menyatakan bahwa ‘satu yang belum dipunya putra sebenarnya. Putra belum pernah menerbitkan buku’ dan akhirnya semua orang berpikir untuk membuat puisi.
“Saya terinspirasi oleh seorang sastrawan bernama Pramoedya Ananta Toer. Saya terinspirasi dengan beliau dalam keterbatasan pengasingan. Beliau yang diasingkan bisa menulis dan membuat karya sebaik itu, masa saya yang merdeka tidak!,” ujar Idham Fajri dengan semangat yang membara.
Santri Darul Aman juga berpikir kalau yang dibaca adalah puisi karya sendiri, ada nilai lebih daripada puisinya orang yang harus disebarluaskan.