MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Sastra memiliki cara sebagai penyampai pesan, makna sesuatu hal, termasuk mengenai pandangan kritis.
Hal itulah yang tampak dibangun oleh salah satu penulis tanah air ini. Bagi penggemar literasi Indonesia, tentunya tidak asing dengan nama Okky Madasari.
Sebagai seorang mantan wartawan, justru tidak membuat Okky kehilangan suaranya dalam menulis. Dia bersuara melalui karya sastra baik novel, ataupun kumpulan Cerita Pendek (Cerpen).
Sejak novel pertamanya, Entrok, 86, Maryam, Pasung Jiwa, Kerumunan Tearkhir, kumpulan Cerpen Yang Bertahan dan Binasa Perlahan, kini Okky menggarap seri novel Anak Mata di Tanah Melus, serta seri ke-duanya Mata dan Rahasia Pulau Gapi. Saat ini, Okky tengah merampungkan seri ke-tiga petualangan Matara (Tokoh utama), Mata dan Manusia Laut.
Hal yang menandakan keseriusan Okky menggarap seri petualangan anak ini, selain riset mendalam di wilayah yang menjadi setting novel, juga dibuktikan dengan tur Mata dan Rahasia Pulau Gapi di beberapa daerah di Indonesia, termasuk di lokasi yang menjadi latar Mata dan Rahasia Pulau Gapi (Ternate).
“Kisah Matara ini membawa sejarah dan juga masa sekarang dan pesan-pesan itu akan mengendap. Saya menulis tanpa maksud menggurui, tetapi diceritakan oleh tokoh-tokohnya,” ujar Okky saat memperkenalkan Mata dan Rahasia Pulau Gapi di Perpustakaan Katakerja, Makassar, baru-baru ini.
Selain itu, potret kehidupan tentang orang tua yang mengimpikan anaknya harus masuk ke sekolah favorit juga menjadi salah satu hal yang tidak lepas dari sorotan Okky.
Alasannya sendiri dalam menulis Novel anak ini, menurut Okky karena di Indonesia bacaan untuk anak-anak masih sangat kurang, sehingga dengan adanya Petualangan Mata ini, akan menambah bacaan anak, tetapi orang dewasa pun bisa dapat menikmatinya.
Salah satu bukti sejarah yang disampaikan Okky dalam Mata dan Rahasia Pulau Gapi (Ternate) adalah tentang petualang Matara bersama Kucing dan Laba-laba yang menceritakan masa ketika Bangsa Portugis, Belanda, dan Jepang datang di Ternate karena kekayaan rempah, kemudian menceritakan masa kini merupakan sebuah wilayah kesultanan Nusantara, dengan peninggalan pusaka yang ada di sana.
“Selamatkan Pusaka,” tulis tokoh Laba-laba yang diperuntukkan bagi Sultan Ternate untuk tetap menjaga pusaka peninggalan yang ada di pulau tersebut.
“Setiap anak selalu percaya, tak ada cerita yang tak nyata,” ungkapan pembuka Novel Mata di Tanah Melus, yang menjadi awal petualangan Matara di nusantara.