Home Metropolis Produksi Garam Sulsel Defisit

Produksi Garam Sulsel Defisit

0
Produksi Garam Sulsel Defisit

MAKASSAR– Produksi garam Sulsel terbilang defisit karena kurang dari jumlah kebutuhan garam pertahunnya, didukung empat kabupaten penghasil Garam di Sulsel.

Menurut Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Selatan, Sulkaf S Latif mengakui jika provinsi ini memiliki potensi besar sebagai penghasil garam karena punya garis pantai yang panjang.

Natsir Mallawi, Kepala Bidang Pengembangan dan Penataan Ruang Laut Pesisir dan Pulau Pesisir Dinas Kelauatan dan Perikanan Sulsel mengungkapkan, di provinsi ini ada empat kabupaten yang menjadi sentra penghasil garam, yaitu Takalar, Jeneponto, Kepulauan Selayar dan Pangkep.

Dari empat kabupaten tersebut, lahan potensi garam di Sulsel, luasnya mencapai 1.989 Hektare (Ha). Hanya saja, lahan produksinya hanya 1.000 Ha. “Pada semua lahan potensi tersebut ada 900 Ha yang dikembangkang dengan program Pugar (Pengembangan Usaha Garam Rakyat),” ungkap Natsir.

Untuk produksi garam Sulsel sendiri pada 2016 turun drastis hanya 13 ribu ton. Dari tahun sebelumnya yang mencapai 115 ribu ton. Karenanya, pada 2017 ini, ditargetkan bisa memproduksi garam 120 ribu ton agar bisa membayar defisit dan pengadaan cadangan.

“Kebutuhan garam konsumsi Sulsel sendiri kan hanya antara 25-30 ribu ton setiap tahunnya. Karenanya, saat produksi anjlok, yang dikeluarkan adalah stok garam yang ada di petani pada tahun sebelumnya,” seru Natsir.

Produksi 2016 lalu menurun, alasannya karena pengaruh cuaca. Musim kemaraunya sangat pendek. Meski demikian, Natsir menegaskan, kebutuhan garam tidak terlalu penting. Karana kalaupun meninggkat tidak signifikan.

Meski Sulsel sudah tidak menerima bantuan garam dari daerah lain, tapi sedang berusaha untuk membantu agar Indonesia bisa swasembada garam sebagai negari yang dikelilingi lautan. “Tapi intinya adalah kran impor garam ditutup,” pungkas Natsir.

Sementera itu, terkait kondisi garam nasional yang harganya terus melambung, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengatakan, yang penting, kondisi di daerahnya stabil. “Tapi ini mengawatirkan sebenarnya, karena akhirnya impor garam dibuka dan berasal dr negara dengan pantai yang lebih sedikit dari Indonesia. Tapi paling tidak di Sulsel, sudah diantisipasi sejak jauh hari,” katanya.

Makanya, saat ini sebenarnya lanjut Syahrul, Pemprov Sulsel sedang membenahi sentra garam yang ada. Termasuk untuk menjadikan garam beryodium. “Kita juga sudah masuk dalam standar dapur pasar ritel moderen,” lanjutnya.

Ia juga menekankan, jika membuat garam saat ini, tidak susah seperti dulu dengan adanya bantuan teknologi. “Tapi persoalannya sekarang, harus dikejar agar produksi meningkat,” tandas Syahrul.