MAKASSAR, SULSELEKSPRES.COM – Bayu anak usia tujuh tahun, yang menjadi korban dari gempabumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng), 28 September lalu bersama keluarganya, terpaksa harus berpisah dari hangat ibunya, Neni (40) Jumat (23/11/2018).
Dua bulan lamanya, Bayu tanpa belas kasih dari kedua orang tuanya, semenjak dirinya mengungsi ke kota Makassar, bersama Ati, seorang kolega Ibunya.
“Saat itu, suasananya begitu rumit. Saya belum dapat menemukan keluarga Bayu, maka saya bersama dengan gelombang pengungsi membawa Bayu ke Makassar,” ujar Ati.
Selama terpisah, Neni dan Bayu hanya saling bertukar kabar melalui telepon suara. Tidak lagi bertatap muka.
“Saat terjadi gempa, saya memang sudah terpisah dari Bayu. Saat itu ia sedang bermain di anjungarn bersama teman-temannya” tutur Neni.
Namun, mimpi sekaligus rindu yang disimpan Neni begitu lama kepada Bayu, akhirnya terbayar tuntas. Di rumah sang Ibu di sekitar kecamatan Matikulore, kota Palu, keduanya saling bertemu.
Bayu didampingi Yayasan Sayangi Tunas Cllik (YSTC) mitra Save the Children bertemu dengan Neni yang terpisah saat gempa dan tsunami terjadi di kota Palu pada 28 September 2018 lalu.
“Saya sangat bersyukur bisa segera bertemu dengan Bayu, satu minggu saya tidak mendapatkan kabar apapun. Apalagi kondisi saya setelah gempa juga tidak memungkinkan untuk mencari Bayu kemana-mana. Sampai akhirnya saya mendapatkan kabar ternyata Bayu berada di Makassar,” ungkap Neni seraya berkaca-kaca.
la juga menjelaskan bahwa selama ini, Bayu belum pernah terpisah dari keluarganya. Sementara kali ini Bayu dan Neni harus terpisah lebih dari 810 km.
Setelah merasa hangat dipelukan Neni, harapan untuk melanjutkan pendidikannya terbuka kembali.
“Setelah terpisah hampir dua bulan, hari ini saya sangat senang Bayu bisa kembali pulang ke rumah, ia bisa kembali bersekolah. Saat ini ia duduk di kelas satu, la bisa kembali bertemu dengan teman- temannya di sini,” ujar Neni seraya menahan rasa haru.
Sebelumnya Bayu terdaftar sebagai anak yang terpisah dari keluarganya melalui tim identifikasi Yayasan Sayangi Tunas Cllik yang berada di Makassar, kemudian keberadaan orang tua Bayu yang berada di Palu berhasil di identifikasi.
Setelah dilakukan penelusuran dan keberadaan keluarga, Bayu dan Neni berhasil dipertemukan pada 23 November 2018 di tempat tinggal Neni yang berlokasi di daerah Matikulore Dalam proses reunifikasi, Yayasan Sayangi Tunas Clik bekerja sama dengan Kementerian Sosial Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah, dan Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan melalui Sekretariat Bersama Perlindungan Anak yang berada di masing-masing provinsi.
“Upaya reunifikasi ini dapat berjalan dengan lancar karena dukungan dari semua pihak yang memastikan anak-anak bisa tetap diasuh oleh keluarganya,” ungkap Rosianto Hamid, Field Operation Director Yayasan Sayangi Tunas Cllik.
“Keberhasilan ini dapat memberikan harapan baru agar keluarga ataupun anak-anak lainnya yang saat ini masih dalam kondisi terpisah dari keluarganya bisa kembali berkumpul,” ujarnya.