MAKASSAR – Mantan calon bupati sekaligus Raja Gowa ke-37, Andi Maddusila Karaeng Ijo, ikut memberikan tanggapan terkait polemik Partai Golkar Gowa dalam proses pergantian Anzar Zainal Bate sebagai Ketua DPRD Gowa.
Maddusila menilai, demokrasi di Kabupaten Gowa memang sudah mati.
“Kalau Golkar saja bisa dijegal menjalankan aturan partainya, bagaimana dengan partai lain yang kecil-kecil. Ini artinya, di Gowa ini telah tercipta monarki absolute. Kekuatan yang sangat dominan sehingga mematikan demokrasi,” sebut Maddusila, Senin, (21/8).
Di Gowa, kata dia, kekuasaan absolute itu tercermin pada trias politika yang dikuasai oleh satu kelompok saja, atau satu keluarga saja.
“Bayangkan saja kalau eksekutif sudah dikuasai, lalu legislatif yang idealnya mengontrol eksekutif juga sudah dikuasai. Yudikatif juga hampir begitu. Tidak ada lagi perimbangan kekuatan agar demokrasi bisa berjalan di Gowa. Kasihankan?,” katanya.
Di mata Maddusila, inilah bahayanya ketika sebuah daerah terlalu dikuasai oleh satu kelompok saja. Pemerintahan Gowa dalam dua dasawarsa terakhir memang dikendalikan oleh klan keluarga Yasin Limpo. “Demokrasi Gowa sedang mati suri. Jadi perlu diselamatkan,” sebut Maddusila.
Sebelumnya, surat pergantian antar waktu (PAW) Zainal Bate akhirnya gagal dibacakan dalam paripurna DPRD Gowa hari ini. Penyebabnya, surat tersebut tidak diketahui berada di mana. Surat hilang tanpa jejak, meski registrasi surat masuk jelas tertera dalam catatan persuratan sekretariat DPRD Gowa.
Plt Golkar Gowa, Abbas Hadi menunjukkan segala bukti administrasi yang menunjukkan surat tersebut sudah diterima oleh sekretariat. “Kalau dikatakan hilang, inikan sebenarnya sangat aneh,” tegas Abbas Hadi, Senin, 21 Agustus 2017.